tag:blogger.com,1999:blog-196470252024-02-19T13:29:19.495+07:00My Journeysebuah catatan perjalanan mencari jati diriHidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-90946053543286494052013-03-03T08:17:00.000+07:002013-03-29T08:17:51.304+07:00Peranan Sekolah Berasrama (Boarding School) dalam Membentuk Pemimpin Masa Depan<div style="text-align: justify;">
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.<br />Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.<br />Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat ini mempengaruhi cara pandang masyarakat dan orang tua siswa dalam memberikan aprisiasi terhadap proses yang dijalankan oleh lembaga pendidikan secara cepat dan akurat, sejak dari sistem, layanan, metode pembelajaran serta dampak hiden kurikulum yang muncul dalam perilaku siswa. <br />Berbagai layanan pendidikan dan motede pendekatan yang efektif, secara terencana dan terus-menerus diusahakan oleh para guru, pembina dan seluruh element yang terlibat dalam peroses pendidikan dan pengajaran, agar menghasilkan output siswa yang berprestasi sesuai dengan visi lembaga yang dicanangkan.<br />Sekolah berasrama (boarding school) sebagai salah satu lembaga pendidikan telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak hanya suami yang bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka sekolah berasrama (boarding school) adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka agar kebutuhan makanan, kesehatan, keamanan, social dan tentunya pendidikan dapat tetap terpenuhi. Permasalahan- permasalahan sosial yang sekarang ini terjadi di kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran pelajar, pengaruh media, dan lain lain ikut mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah berasrama (boarding school). Namun juga tidak dipungkiri ada juga faktor lain yang melatarbelakangi orang tua memilih sekolah berasrama (boarding school) sebagai tempat pendidikan anak antara lain antara lain keluarga yang tidak harmonis, suami menikah lagi, atau yang lebih ekstrim karena sudah tidak mau mendidik anaknya di rumah.<br />Perkembangan sekolah berasrama (boarding school) sebagai lembaga pendidikan di Indonesia sudah cukup lama diawali dengan berdirinya pondok pesantren, dimana di dalam lembaga ini diajarkan ilmu- ilmu keagamaan secara intensif, sehingga nantinya mampu menghasilkan kader- kader dakwah yang akan bergerak di masyarakat. Saat ini di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dengan berbagai bentuk dan pola pembelajaran dari yang tradisional hingga modern atau yang biasa kita kenal dengan pondok pesantren modern. Lembaga pendidikan pondok pesantren di Indonesia telah melahirkan banyak alumni yang tersebar dalam berbagai bidang tidak hanya dalam bidang keagamaan.<br />Perkembangan sekolah berasrama (boarding school) saat ini tidak hanya sebatas dalam bentuk pondok pesantren atau berbasis agama Islam saja, namun juga sudah memulai memadukan unsur lain, seperti pendidikan umum dan pendidikan kedisiplinan. Beberapa lembaga pendidikan berbasis agama (selain Islam) yang menerapkan sekolah berasrama (boarding school) pun mulai bermunculan. Ada juga sekolah berasrama (boarding school) yang berbasis nasionalis, yang mencoba memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di militer kedalam pendidikan di sekolah berasrama (boarding school). Selain itu berkembang juga sekolah berasrama (boarding school) yang bersifat umum, yang siswanya berasal dari berbagai kalangan.<br />Sekolah berasrama (boarding school) memiliki banyak keunggulan, antara lain menyediakan program pendidikan komprehensif yang menyentuh berbagai aspek perkembangan siswa didik, keberadaan fasilitas yang lengkap, keberadaan guru- guru yang berkualitas yang umumnya tidak hanya berfungsi sebagai pengajar di kelas, lingkungan yang kondusif untuk siswa didik, keberadaan siswa yang heterogen dan jaminan keamanan dan kualitas.<br />Latar belakang siswa yang berasal dari berbagai daerah dengan kodisi sosial budaya, tingkat kecerdasan, kemampuan akademik yang sangat beragam berkontribusi bagi siswa untuk membangun wawasan nasional dan juga siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk lebih menghargai perbedaan. <br />Kehidupan di sekolah berasrama (boarding school) dikenal dengan kepatuhan dan kemandirian siswanya yang dapat tercermin dari kemampuan siswa untuk mandiri tidak hanya secara emosi melainkan juga melainkan juga tingkah laku dan nilai dalam membangun pandangan hidup. Sekolah berasrama (boarding school) mengajarkan siswa untuk memiliki disiplin dan kesadaran diri dalam melakukan kegiatan apa pun, sehingga nantinya mereka dapat memahami manfaat dari apa yang telah mereka lakukan. <br />Kemandirian di sekolah berasrama (boarding school) meliputi kemandirian dari segi pribadi dan kemandirian dari segi sosial, bergaul dengan teman- temannya secara baik dengan tidak membeda- bedakan antara teman satu dengan teman yang lain, selalu berpikir positif tidak terlalu berburuk sangka, saling bekerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan. Selain itu juga terlihat dari aturan- aturan yang dibuat untuk menunjang terciptanya kepatuhan dan kemandirian siswa dalam melaksanakan kehidupannya sehari-hari, walaupun tetap saja semua itu kembali kepada kepribadian masing-masing siswa dan kecerdasan emosi yang dimilikinya. <br />Budaya disiplin dan mandiri ini juga diharapkan mampu menimbulkan jiwa kepemimpinan siswa. Jiwa kepemimpinan dan kemandirian sangat penting bagi siswa, sebab siswa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin umat di masa yang akan datang, pemimpin yang mampu mengatur hidupnya dengan ilmu yang dimiliki dengan penuh tanggung jawab serta penuh dedikasi tanpa selalu bergantung kepada orang lain.<br />Keterampilan memimpin tidak bisa diperoleh dengan hanya membaca buku tentang kepemimpinan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan selalu mengandung tanggung jawab dan kepemimpinan. Pembelajaran kepemimpinan dan kemandirian di sekolah berasrama (boarding school) melekat dalam kegiatan- kegiatan siswa, diantaranya dalam kegiatan ekstrakulikuler dan organisasi siswa. Sistem pembelajaran selama 24 jam di sekolah berasrama (boarding school) dengan lingkungan yang unik dan memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak hanya aktif di kelas saja, tetapi juga aktif di luar kelas dengan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan lain. Hal ini diharapkan memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar kepemimpinan.<br /><br /></div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-63119709756442630182012-03-02T16:46:00.000+07:002013-03-28T16:51:18.919+07:00Peran Zakat dalam Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat <div style="text-align: justify;">
Kemiskinan masih menjadi permasalahan terbesar bangsa ini. Pasca krisis, pemulihan ekonomi berjalan lambat. Akibatnya, kemiskinan dan pengangguran masih tinggi dan meluas. Pelaksanaan otonomi daerah secara drastis dan masif sejak 1 Januari 2001 juga tidak banyak membantu, jika tidak bisa dikatakan malah semakin memperburuk keadaan.Kewenangan yang besar untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan setempat, tidak mampu membuat pemerintah daerah menangani masalah kemiskinan secara cepat dan efektif. Di era otonomi daerah ini, yang kita saksikan justru adalah kemiskinan yang semakin meluas dan terjadi dalam derajat yang semakin tinggi. Belum lama kita diguncang oleh wabah polio, kini kita dikejutkan oleh wabah busung lapar. </div>
<div style="text-align: justify;">
Di tengah kekalutan inilah, zakat muncul menjadi alternatif instrument untuk pengentasan kemiskinan yang efektif, ramah pasar, dan lestari. Zakat sebagai instrument pengentasan kemiskinan di era otonomi daerah memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrument fiskal konvensional yang kini telah ada. Pertama, penggunaan zakat sudah ditentukan secara jelas dalam syariat (QS At Taubah: 60) dimana zakat hanya diperuntukkan bagi 8 golongan saja (ashnaf) yaitu: orang-orang fakir, miskin, amil zakat, mu’allaf, budak, orang-orang yang berhutang, jihad fi sabilillah, dan ibnu sabil. Jumhur fuqaha sepakat bahwa selain 8 golongan ini, tidak halal menerima zakat. Dan tidak ada satu pihak-pun yang berhak mengganti atau merubah ketentuan ini. Karakteristik ini membuat zakat secara inheren bersifat pro-poor. Tak ada satupun instrument fiskal konvensional yang memiliki karakteristik unik seperti ini. Karena itu zakat akan lebih efektif mengentaskan kemiskinan karena alokasi dana yang sudah pasti dan diyakini akan lebih tepat sasaran (self-targeted).<br />
Kedua, zakat memiliki tarif yang rendah dan tetap serta tidak pernah berubah-ubah karena sudah diatur dalam syariat. Sebagai misal, zakat yang diterapkan pada basis yang luas seperti zakat perdagangan, tarif-nya hanya 2,5%. Ketentuan tarif zakat ini tidak boleh diganti atau dirubah oleh siapapun. Karena itu penerapan zakat tidak akan mengganggu insentif investasi dan akan menciptakan transparansi kebijakan publik serta memberikan kepastian usaha.<br />
Ketiga, zakat memiliki tarif berbeda untuk jenis harta yang berbeda, dan mengizinkan keringanan bagi usaha yang memiliki tingkat kesulitan produksi lebih tinggi. Sebagai misal, zakat untuk produk pertanian yang dihasilkan dari lahan irigasi tarif-nya adalah 5% sedangkan jika dihasilkan dari lahan tadah hujan tarif-nya 10%. Karakteristik ini membuat zakat bersifat market-friendly sehingga tidak akan mengganggu iklim usaha.<br />
Keempat, zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktivitas perekonomian. Zakat dipungut dari produk pertanian, hewan peliharaan, simpanan emas dan perak, aktivitas perniagaan komersial, dan barang-barang tambang yang diambil dari perut bumi. Fiqh kontemporer bahkan memandang bahwa zakat juga diambil dari seluruh pendapatan yang dihasilkan dari aset atau keahlian pekerja. Dengan demikian, potensi zakat adalah sangat besar. Hal ini menjadi modal dasar yang penting bagi pembiayaan program-program pengentasan kemiskinan.<br />
Kelima, zakat adalah pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim dalam kondisi apapun. Karena itu, penerimaan zakat cenderung stabil. Hal ini akan menjamin keberlangsungan program pengentasan kemiskinan dalam jangka waktu yang cukup panjang.<br />
Zakat memiliki potensi untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui beberapa saluran, antara lain:<br />
1. Pengentasan kemiskinan. <br />
Alokasi zakat secara spesifik telah ditentukan oleh syariat (QS 9: 60) dimana zakat hanya diperuntukkan bagi 8 golongan saja (ashnaf) yaitu: orang-orang fakir, miskin, amil zakat, mu’allaf, budak, orang-orang yang berhutang, jihad fi sabilillah, dan ibnu sabil. Jumhur ulama sepakat bahwa selain kelompok ini, haram menerima zakat. Dengan demikian, zakat secara inherent bersifat pro-poor dan self-targeted.<br />
2. Perbaikan distribusi pendapatan. <br />
Zakat hanya diambil dari orang kaya dan diberikan hanya kepada orang miskin. Dengan demikian, zakat mendistribusikan kekayaan dari orang kaya ke orang miskin di dalam perekonomian, sehingga memperbaiki distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan dapat mengambil dua bentuk: (i) distribusi fungsional yang merujuk pada distribusi faktor produksi; (ii) distribusi kekayaan melalui transfer payments. <br />
3. Penciptaan lapangan kerja. <br />
Islam mendorong penciptaan lapangan kerja dengan memfasilitasi kerjasama bisnis (partnership) melalui pelarangan riba dan penerapan zakat. Financial resources dilarang menerima fixed rent dan financial resources yang menganggur akan terkena penalti zakat.<br />
4. Jaring pengaman sosial. <br />
Dalam Islam, perlindungan sosial kepada kelompok miskin adalah berlapis-lapis. Perlindungan pertama berasal dari keluarga dan kerabat dekat (QS 2:233). Perlindungan kedua datang dari kaum muslim secara kolektif (QS 51:19). Dan perlindungan terakhir datang dari negara melalui dana zakat (QS 9:60).<br />
5. Pembinaan sumberdaya manusia.<br />
Kegiatan ini dapat diberikan dengan menyediakan fasilitas pendidikan yang layak dan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu. Selain itu dapat juga dengan memberikan pelatihan- pelatihan kewirausahaan dimana kegiatan ini merupakan program pendidikan non formal yang memberikan keterampilan kepada setiap pesertanya agar siap memasuki dunia kerja atau membangun usaha mandiri. Program ini bekerjasama dengan beberapa pihak terkait baik pemerintah daerah maupun kalangan swasta. Sistem program ini adalah mengedepankan keterampilan dan kualitas lulusan sehingga memilki kelayakan sebagai mitra usaha.<br />
6. Pembiayaan dan pendampingan usaha masyarakat <br />
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan agar masyarakat, khususnya mereka yang masih berada dalam garis kemiskinan dapat hidup lebih mandiri dengan mengembangkan usaha- usaha yang keuntungannya bermanfaat dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Usaha- usaha yang dapat dikembangkan antara lain peternakan, pertanian, kerajinan, perikanan, dan home industry. <br />
7. Pemberdayaan perempuan <br />
program ini bertujuan sebagai upaya peningkatan kualitas perempuan. Pemberdayaan perempuan yang terfokus pada tiga issu yaitu pemberdayaan perempuan melalui kegiatan ekonomi produktif; pemberdayaan perempuan melalui kegiatan kesehatan ; dan pemberdayaan perempuan melalui kegiatan pendidikan.<br />
8. Penyediaan fasilitas dan akses kesehatan masyarakat<br />
Kegiatan dapat dilakukan dengan memberikan jasa pelayanan kesehatan yang murah dan mudah dijangkau masyarakat pra-sejahtera, membangun ketahanan kesehatan yang menyeluruh (holistik) dan berkesinambungan sebagai tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta memberikan motivasi/sosialisai kepada masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat. <br />
9. Program tanggap bencana dan musibah<br />
Kegiatan ini berupaya membantu memberikan bantuan kepada masyarakat yang tertimpa musibah sesegera mungkin. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pemberian bantuan langsung seperti makanan, obat- obatan, dan pakaian. Selain itu juga dapat dilakukan dengan pendampingan masyarakat setelah terjadinya bencana seperti penyediaan crisis center atau trauma center, memberikan kemudahan akses kepada pekerjaan ataupun bentuk- bentuk lainnya yang diharapkan korban atau masyarakat yang terkena bencana dapat segera bangkit kembali dan segera memulai kehidupannya seperti sediakala.<br />
Beberapa contoh nyata kegiatan- kegiatan tersebut telah dilakukan oleh BASNAZ maupun LAZ – LAZ lainnya. Dalam proses penyaluran zakat, BASNAZ menekankan kepada lima aspek yaitu Indonesia Cerdas, Indonesia Sehat, Indonesia, Indonesia Peduli, Indonesia Makmur dan Indonesia Taqwa. Dalam lingkup Indonesia Cerdas, BASNAZ mengadakan kegiatan berupa :<br />
1. Pembinaan SDM strategis<br />
Program Beastudi Pembinaan SDM strategis adalah program beastudy dengan tujuan melahirkan lulusan sarjana yang memiliki wawasan kebangsaan dengan leadership menjadi prioritas utama. Bekerjasama dengan mitra PPSDMS Nurul Fikri, program ini telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa-mahasiswa terbaik di pergruan tinggi neggeri di Indonesia. Tahun 2008 program ini telah memasuki priode 3 dan meluluskan peserta baru diantaranya berasal dari : Universitas Indonesia, ITB, UNPAD, UGM, ITS, UNAIR, IPB.<br />
2. Program Satu Keluarga Satu Sarjana<br />
Program Satu Keluarga Satu Sarjana adalah Beastudy mahasiswa berprestasi di kampus negeri di seluruh Indonesia. Sesuai namanya program ini mengutamakan mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu tanpa sarjana. Beastudy SKSS membiayai mahasiswa lulus sarjana. SKSS adalah program beasiswa ikatan dinas kepada setiap penerima untuk menjadi pelopor pemberdayaan masyarakat didesanya.<br />
3. Dana Infak Abadi Anak Negeri (DINNAR)<br />
Program Beasiswa berprestasi bagi siswa SD - SMU di seluruh Indonesia. Program dengan sistem Penyaluran Dana Infaq Dari Masyarakat, yang Kemudian dikelola Secara syariah. Bagi hasil disalurkan untuk mendanai beasiswa bagi pelajar tidak mampu.<br />
4. Penyediaan mobil dan motor<br />
Program Penyediaan mobil dan motor pintar untuk dipergunakan sebagai perpustakaan keliling. Program ini memberikan kesempatan pelajar menikmati buku - buku pelajar dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Motor dan Mobil Pintar juga di pasilitasi media audio visual. Motor dan Mobil Pintar diperuntukan untuk menjangkau daerah sulit akses pendidikan dan media pembelajaran. Lokasi program : Aceh, Lombok Mataram, Pulau Adhonara NTT.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun kegiatan dalam aspek Indonesia Makmur antara lain :<br />
1. BASNAZ Sentral Ternak <br />
Setiap tahun Indonesia mengimpor sapi hidup sebanyak 450 ribu ekor dari Australia. Produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi produk peternakan. Hal ini merupakan tantangan besar dalam penyediaan bahan pangan hewani sebagai sumber protein yang dibutuhkan oleh masyarakat. Saat ini konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat rendah yakni 4,5 gram/kapita/hari, sementara konsumsi protein hewani masyarakat dunia adalah 26 gram/kapita/hari. Dengan kondisi tersebut sangatlah tepat Badan Amil Zakat Nasional dalam program pendayagunaan ZIS mengembangkan program peternakan yang berbasis pada peternakan-peternakan rakyat. Program ini merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa dengan potensi ternak sebagai andalan ekonomi penduduknya. BAZNAS SENTRAL TERNAK TERPADU memiliki dua program yaitu Sentral Ternak dan Desa Ternak Makmur.<br />
2. Lapak Sampah Terpadu<br />
Lapak Sampah Terpadu adalah program pemberdayaan pemulung sampah dengan prinsip penampungan dan pengelolaan sampah anorganik. Program dengan sistem pembentukan kelompok pemulung dan pencacah sampah itu telah sukses dan terbukti meningkatkan kualitas hidup pemulung. Program ini telah membantuk 325 kelompok pemulung dengan tingkat pendapatan yang meningkat 100 %.<br />
3. Program Pemberdayaan kampung nelayan makmur<br />
Potensi perikanan di republik ini sungguh sangat berlimpah di perairan darat maupun di lautan, Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat besar dan potensial untuk pembangunan ekonomi. Namun potensi tersebut sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. Program Pemberdayaan kampung nelayan adalah program pengembangan multi potensi baik potensi ekonomi maupun potensi lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Selain BAZNAS, salah atu LAZ yang aktif melakukan aktifitas pemberdayaan zakat, yaitu Dompet Dhuafa Republika yang terus berusaha menyalurkan ZIS dengan beberapa kegiatan antara lain :<br />
1. SMART Ekselensia<br />
Sekolah model yang dibentuk oleh Dompet Dhuafa dengan peserta didik seluruhnya berasal dari anak-anak yang memiliki potensi kecerdasan akademik dan kecerdasan lainnya. Sekolah ini tidak memungut biaya apa pun dari peserta didiknya. Jenjang sekolah ini adalah 5 tahun SMP-SMA dan berasrama (Internat). Dalam perjalanannya SMART Ekselensia telah menghasilkan berbagai prestasti baik di tingkat local maupun nasional, dan baru- baru ini tiga siswanya dinyatakan sebagai kandidat peserta student exchange program AFS ke Amerika Serikat. <br />
2. Beastudi Etos<br />
SDM. Berbeda dengan beasiswa yang lain, Beastudi etos selain mengelola biaya untuk pendidikan juga mengelola pembinaan dan pelatihan, serta pendampingan mahasiswa. Konsep pembinaanpelatihan dan pendampingan inilah yang berorientasi investasi.<br />
Beastudi etos menetapkan dua misi utama program, yaitu:<br />
• Memutus rantai kemiskinan<br />
• Menyiapkan SDM mandiri.<br />
Memutus rantai kemiskinan bermakna bahwa produk mahasiswa dhuafa yang dikelola oleh Beastudi etos mampu memiliki penghasilan tetap dan membiayai hidupnya beserta keluarga setelah selesai pembiyaan. Untuk itu, Beastudi etos selekstif dalam menentukan Universitas, Fakultas, maupun jurusan bagi para calon etoser (istilah untuk mahasiswa yang dibiayai). Beastudi etos mensyaratkan nilai akreditasi A dan B untuk Fakultas yang direkomendasikan. Sementara untuk jurusan, Beastudi etos memilih jurusan yang lulusannya paling banyak diserap oleh dunia kerja. Menyiapkan SDM mandiri menjadi landasan pengelolaan pembinaan-pelatihan dan pendampingan etoser. Untuk mencapai misi tersebut dikembangkan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi para etoser. Kompetensi yang ditetapkan disesuaikan dengan kebutuhan para etoser sebagaimahasiswa selama waktu pembiayaan program.<br />
Untuk tahun 2007 jumlah Etoser (istilah untuk mahasiswa penerima Beastudi Etos) yang dibiayai adalah 332 orang, dan jumlah alumni 192 orang. Etoser aktif adalah mahasiswa angkatan 2005, 2006, dan 2007; sedangkan etoser alumni adalah mahasiswa angkatan 2003 dan 2004.<br />
3. Makmal pendidikan<br />
Makmal pendidikan adalah sebuah laboratorium yang concern melakukan penelitian di dunia pendidikan. Penelitian difokuskan pada hal-hal yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, terutama menyangkut guru, siswa, interaksi dan pengelolaan belajar. Hasil-hasil penelitian tersebut kemudian dishare ke masyarakat melalui kegiatan training guru dan pendampingan sekolah.<br />
Training guru yang berbasis hasil penelitian ini dirasakan mampu memberikan efek yang signifikan bagi peningkatan kualitas guru. Baik dari ketrampilan mengajar (teaching skill), motivasi, manajemen kelas, pemahaman psikologi pendidikan dan perkembangan, penguasaan berbagai metode dsb. Peningkatan kualitas guru tersebut kemudian berdampak pula pada pengelolaan pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas hasil belajar yang dimaksud adalah daya kreatifitas, penalaran, kearifan sosial dan peningkatan nilai akademik.</div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-12946770256148526902010-03-28T13:35:00.000+07:002014-10-01T08:26:47.640+07:00Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Batang Jawa Tengah <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><b>A. Pendahuluan</b><br />Pembangunan sektor pariwisata sedang mengalami cobaan sangat berat yang datang silih berganti. Bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah dan peredaran virus flu babi dan flu burung menurunkan minat orang untuk berwisata. Kondisi stabilitas politik, sosial dan keamanan yang kurang kondusif , seperti terjadinya kasus pengeboman di Bali dan Jakarta juga turut mempengaruhi jumlah kunjungan wisata. Namun demikian, sektor pariwisata masih diharapkan menjadi menjadi sektor penting dalam pembangunan, karena sektor ini diharapkan mampu menggeser sektor lain di dalam perolehan devisa di masa yang akan datang. Hal ini cukup beralasan mengingat, sektor pariwisata Indonesia jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara lain, karena Indonesia memiliki potensi kekayaan alam dan keanekaragaman budaya tidak dimiliki oleh negara lain. Potensi peningkatan jumlah wisatawan lokal juga masih sangat terbuka lebar.<br />Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya merupakan sumber bermacam-macam budaya, tradisi, sejarah, mode busana, makanan, kesenian dan keanekaragaman hayati merupakan aset wisata yang tak ternilai harganya. Semua kekayaan ini apabila dikelola dengan baik dan benar akan mampu menjadi modal dasar yang kuat bagi pembangunan nasional.<br />Kabupaten Batang yang terletak di jalur strategis pantai utara (Pantura) yang menghubungkan Jawa Barat dengan Jawa Tengah memiliki wilayah yang kaya akan sumber daya alam, hutan dan laut, sehingga sangat strategis untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Namun hingga saat ini perkembangan pariwisata di Kabupaten Batang saat ini belum menunjukkan hasil maksimal, bahkan masih banyak orang yang asing ketika mendengar namanya.<br />Upaya- upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung masih sangat diperlukan. Pengembangan dan invovasi produk pariwisata, pembangunan sarana prasana diharapkan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisata. Kerjasama antar stakeholder juga diharapkan dapat terwujud, sehingga proses pembangunan sektor pariwisata di Kabupaten Batang dapat berjalan dengan optimal dan mendatangkan keuntungan bagi semua pihak.<br /><br /><b>B. Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Batang</b><br />Industri pariwisata di Kabupaten Batang terus berkembang dari tahun ke tahun, hal ini terlihat dari adanya pengembangan- pengambangan obyek wisata yang ada serta adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan walaupun masih perlu ditingkatkan kembali. Perkembangan kepariwisataan saat ini makin penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, akan tetapi juga dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan.<br /><br />Menurut BPS (2007, 2009) jumlah pengujnung sarana/wahan wisata andalan di Kabupaten Batang terlihat dalam grafik di bawah ini:</span> </span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<span lang="EN-GB" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: xx-small; line-height: 150%; mso-ansi-language: IT; mso-bidi-font-weight: bold;"><span style="mso-spacerun: yes;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPOmo1dBRMoX-3f8l7w1bKtKBF7yKU_9cFcDJFtlXSM7V6YyTLqK_LqOm59ZP99UEaX3lovssY3ESyN1mwDfb5yu2s-33l41PUaWp4Zy6itOiFsc6kEPCESGSxO8kHlOp5P-T6aA/s1600/Grafik.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPOmo1dBRMoX-3f8l7w1bKtKBF7yKU_9cFcDJFtlXSM7V6YyTLqK_LqOm59ZP99UEaX3lovssY3ESyN1mwDfb5yu2s-33l41PUaWp4Zy6itOiFsc6kEPCESGSxO8kHlOp5P-T6aA/s400/Grafik.png" height="267" width="400" /></a></span></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 67.3pt; mso-padding-alt: 0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr style="mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="padding: 0in 5.4pt;" valign="top"><span style="font-size: small;"><br /></span></td>
<td style="padding: 0in 5.4pt;" valign="top"><br /></td><td style="padding: 0in 5.4pt;" valign="top"><br /></td><td style="padding: 0in 5.4pt;" valign="top"><br /></td><td style="padding: 0in 5.4pt;" valign="top"><br /></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa jumlah kunjungan wisata dari tahun 2004-2006 terus mengalami peningkatan, namun pada tahun 2007 terjadi penururan sebesar 17, 26% dari tahun sebelumnya. Namun peningkatan kembali terjadi pada tahun 2008.<br />
<br />
Berikut adalah sebaran pengunjung/wisatawan menurut sarana/wahana wisata andalan di Kabupaten Batang (BPS 2009):</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<span style="font-size: small;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .25in;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLB9HlSCU5e9XAOYos5RsO16zufcsg_bB76x89m0vHpSSj4FqX39sj_T5GVLa3ViF41tymAO5yLZ4iWyQ2K3HFjKNBrCLSYF0fn3Ky335PV2pmvFdl0aHcGmVY6_zhDNdbespwfw/s1600/Grafik2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLB9HlSCU5e9XAOYos5RsO16zufcsg_bB76x89m0vHpSSj4FqX39sj_T5GVLa3ViF41tymAO5yLZ4iWyQ2K3HFjKNBrCLSYF0fn3Ky335PV2pmvFdl0aHcGmVY6_zhDNdbespwfw/s400/Grafik2.png" height="222" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Peningkatan yang cukup besar hanya terjadi di pantai Sigandu, sedangkan obyek wisata lainnya tidak mengalami kenaikan yang besar, bahkan untuk obyek wisata Pagilaran cenderung mengalami penurunan. Jumlah tersebut lebih didominasi oleh wisatawan domestik dengan persentase wisatawan domestik 99,8% dan wisatawan mancanegara 0,2% (BPS 2009) .<br />
<br />
Namun data di atas bukanlah data akhir jumlah wisatawan di Kabupaten Batang, mengingat masih adanya obyek wisata lain atau pun juga kegiatan kepariwisataan yang belum termasuk di dalamnya atau pun juga belum dikembangkan sepenuhnya yang harapannya ke depan dapat dioptimalkan potensi serta pengembangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>C. Analisis Lingkungan</b><br />
1. Analisis Lingkungan Internal<br />
Analisis faktor internal yang dianalisis dalam penulisan ini mencakup fungsi sumberdaya manusia, fungsi produksil, dan fungsi pemasaran.<br />
a. Fungsi Sumberdaya Manusia<br />
Kabupaten Batang memiliki sumberdaya manusia yang cukup banyak. Penduduk Kabupaten Batang saat ini 703.984 jiwa yang tersebar dalam 15 kecamatan. Tingkat pendidikan penduduk yang semakin lebih baik merupakan aset yang sangat mendukung pembangunan, khususnya pembangunan pariwisata di Kabupaten Batang. Jumlah tenaga ahli seperti dokter dan pemandu wisata juga diharapkan terus meningkat. Penduduk Kabupaten Batang yang sekarang tinggal di luar daerah juga meningkat, sehingga diharapkan mampu membawa pengaruh terhadap kepariwisataan, khususnya dalam promosi Kabupaten Batang.<br />
b. Fungsi Produksi<br />
Kabupaten Batang memiliki karakteristik wilayah berupa daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta terletak di jalur utama pantai utara yang menghubungkan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, sehingga sangat potensial untuk dijadikan sebagai tujuan wisata. Sarana transportasi menuju Kabupaten Batang sendiri juga sudah cukup beragam. Fasilitas untuk mendukung kegiatan kepariwisataan juga masih terus dikembangkan, sehingga mampu menarik minta wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.<br />
c. Fungsi Pemasaran<br />
Pemasaran dalam hal ini adalah cara yang dilakukan agar Kabupaten Batang lebih dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan promosi melalui internet, pameran, maupun dengan mengadakan kegiatan- kegiatan yang mampu mendatangkan wisatawan domestik dan macanegara. Namun dirasa kegiatan pemasaran ini belum optimal, dan masih perlu ditingkatkan lagi. Sebagai contoh pemanfaatan internet khususnya dalam pemanfaatan web sebagai media promosi dirasa masih sangat kurang, terlihat dari ketiadaan web khusus yang berisi informasi kepariwisataan yang ada di Kabupaten Batang, sedangkan web pemerintah daerah yang ada dirasa masih belum bisa menampilkan informasi yang dibutuhkan oleh orang ingin tahu lebih banyak tentang Kabupaten Batang dan kegiatan yang ada di dalamnya. Image branding Kabupaten Batang sendiri juga masih beraneka ragam, bahkan banyak yang hanya mengenal Kabupaten Batang itu hanya sekedar “Alas Roban”.<br />
<br />
2. Analisis Lingkungan Eksternal<br />
1) Faktor Politik<br />
Pariwisata merupakan sektor yang diharapkan terus dikembangkan oleh pemerintah saat ini. Kebijakan- kebijakan baik di tingkat pusat maupun daerah diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mendukung perkembangan pariwisata. Kebijakan penetapan obyek daya tarik dan wisata andalan juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk memanfaatkan potensi yang ada sehingga akan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kabupaten Batang. Sistem perizinan satu pintu juga sangat membantu, investor yang ingin mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Batang.<br />
2) Faktor Ekonomi<br />
Tingkat pendapatan seseorang, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang ia akan cenderung mengejar prestise. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap kegiatan kepariwisataan, dimana seseorang akan mengunjungi tempat yang diharapkan mampu meningkatkan prestisenya, seperti lebih memilih untuk berwisata di luar daerah bahkan di luar negeri. Namun hal ini juga bisa berlaku sebaliknya bagi mereka yang memiliki pendapatan yang tidak tergolong tinggi, tentunya akan berusaha menyesuaikan diri dengan mengunjungi kawasan atau daerah terdekat .<br />
Padatnya aktivitas perekonomian di jalur pantura juga dapat menjadikan Kabupaten Batang sebagai daerah transit atau bahkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE) di wilayah Kabupaten Batang.<br />
3) Faktor Sosial<br />
Zaman yang terus berkembang dan semakin kompleks akan membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat Kabupaten Batang, termasuk di dalamnya perubahan adat istiadat maupun budaya, yang apabila tidak dikelola dengan baik maka dapat membawa pengaruh terhadap perkembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Batang. Namun demikian,terdapat juga ada adat istiadat, budaya dan kesenian tradisional yang masih terjaga, yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata budaya.<br />
4) Faktor Teknologi<br />
Teknologi yang berkembang saat ini memudahkan akses informasi menjadi semakin cepat dan mudah diakses, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam kegiatan pariwisata. Penyediaan- penyedian sarana seperti hotspot aera diharapkan juga mampu meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung . Kemudahan transaksi Online juga diharapkan memebri kemudahan bertransaksi bagi wisatwan yang akan maupun sedang berkunjung ke Kabupaten Batang.<br />
<br />
<b>D. Strategi Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Menggunakan Analisis SWOT</b><br />
Strategi meningkatkan kunjungan wisatawan di Kabupaten Batang penting untuk dirumuskan dan dijalankan dalam rangka menghidupkan kepariwisataan di Kabupaten Batang. Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal kepariwisataan di Kabupaten Batang, maka dapat diketahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Selanjutnya, setelah keempat faktor di atas diketahui, maka dapat dianalisis dan dirumuskan beberapa alternatif strategi pelestarian meningkatkan kunjungan wisatawan.<br />
Berdasarkan Identifikasi analisis lingkungan internal yang menjadi faktor kekuatan yaitu (1) Letak Kabupaten Batang yang berada di jalur Pantura, (2) Karakteristik Kabupaten Batang yang terdiri dari kwasan pantai, dataran rendah dan dataran tinggi, (3) tersedianya sumberdaya manusia yang memadai. Sedangkan, berdasarkan analisis lingkungan internal yang menjadi faktor kelemahan adalah (1) belum adanya kerjasama antar stakeholder dalam pengembangan pariwisata, (2) adanya ketidak percayaan diri masyarakat ketika menyatakan daerah asal (3) kurangnya fasilitas-fasilitas untuk pariwisata.<br />
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal, faktor yang menjadi peluang dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan adalah (1) potensi Kabupaten Batang sebagai objek wisata, (2) terdapat acara-acara rutin tiap tahun yang diadakan pemerintah Kabupaten Batang, misalnya perayaan ulang tahun Kabupaten Batang dan kegiatan Lomban, (3) Kemajuan teknologi yang dapat dijadikan media promosi . Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah (1) Tingkat pendapatan seseorang, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang ia akan cenderung mengejar prestise, (2) Image Kabupaten Batang yang belum dikenal secara luas, (3) kemudahan akses ke daerah lain, sehingga mempengaruhi penduduk atau bahkan wisatawan yang akan berkunjung.<br />
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, kemudian dilakukan perumusan strategi meningkatkan kunjungan wisatawan dengan menggunakan analisis SWOT. Secara lebih lengkap hasil perumusan strategi meningkatkan kunjungan wisatawan di Kapubaten Batang dapat dilihat pada tabel 1.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<b><span style="font-size: small;">Tabel 1. Perumusan Strategi Meningkatkan Kunjungan Wisatawan dengan Matriks SWOT</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrdRjp7a4ag8OcqgImAY6KB4lKC4leAir-DFdoSRPkGACDZOgke2pR3tIxxTuEnxGB1UH3I0qeks_r3LRjHUsiDeoTY4A7MMGe0aP3aviqAx1mWoPIsIb-A4vJGOaLIcJL8gcYww/s1600/SWOT.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrdRjp7a4ag8OcqgImAY6KB4lKC4leAir-DFdoSRPkGACDZOgke2pR3tIxxTuEnxGB1UH3I0qeks_r3LRjHUsiDeoTY4A7MMGe0aP3aviqAx1mWoPIsIb-A4vJGOaLIcJL8gcYww/s640/SWOT.png" height="435" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pengembangan pariwisata di Kabupaten Batang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan dukungan pihak dan stakeholder yang terkait. Pemerintah Daerah, masyarakat dan pihak- pihak terkait lainnya diharapkan dapat berjalan beriringan dengan satu visi untuk mewujudkan kepariwisataan yang handal di Kabupaten Batang, sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pengembangan potensi pariwisata yang ada dirasa masih sangat diperlukan. Pengembangan obyek- obyek wisata tersebut dapat berupa pengembangan desa wisata, Water boom /water park, Outbound / camping ground, wisata budaya dan seni, wisata belanja, wisata olahraga, wisata industri, wisata kuliner, wisata pendidikan atau pun dengan mengadakan acara (event) yang mampu menarik wisatawan seperti kegiatan pameran, festival permainan tradisional dan lain sebagainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pengembangan obyek tujuan wisata tanpa kegiatan promosi dirasa tidak banyak mendatangkan keuntungan, oleh karena promosi perlu ditingkatkan melalui internet (web dan jejaring sosial), penyediaan promotion kit (buku, pamphlet dan brosur) dan pengembangan branding image. Pembentukan Tourism Information Center (TIC) juga diarasa dapat membantu peningkatan jumlah wisatawan. Pemilihan dan peran duta wisata juga perlu dioptimalkan sehingga tidak hanya sekedar sebagai kompetisi saja, namun juga ke depannya mampu membawa pengaruh positif dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Batang.</span></div>
<span style="font-size: small;"><br /><b>E. Kesimpulan dan Saran</b></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Industri pariwisata di Kabupaten Batang terus berkembang dari tahun ke tahun, hal ini terlihat dari adanya pengembangan- pengambangan obyek wisata yang ada serta adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan walaupun masih perlu ditingkatkan kembali dan perlu dikembangkan lagi potensi kepariwisataan yang ada sehingga mampu meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Berdasarkan Identifikasi analisis lingkungan internal yang menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan antara lain (1) Letak Kabupaten Batang yang berada di jalur Pantura, (2) Karakteristik Kabupaten Batang yang terdiri dari kwasan pantai, dataran rendah dan dataran tinggi, (3) tersedianya sumberdaya manusia yang memadai, (4) potensi Kabupaten Batang sebagai objek wisata, (5) terdapat acara-acara rutin tiap tahun yang diadakan pemerintah Kabupaten Batang, (6) Kemajuan teknologi yang dapat dijadikan media promosi . </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Pengembangan pariwisata di Kabupaten Batang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan dukungan pihak dan stakeholder yang terkait. Pengembangan obyek tujuan wisata tanpa kegiatan promosi dirasa tidak banyak mendatangkan keuntungan. Pemilihan dan peran duta wisata juga perlu dioptimalkan sehingga tidak hanya sekedar sebagai kompetisi saja, namun juga ke depannya mampu membawa pengaruh positif dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Batang</span>.</span></div>
<span style="font-size: small;"><br /></span><b><span style="font-size: small;">DAFTAR PUSTAKA</span></b><br />
<span style="font-size: small;">Undang- Undang Republik Indonesia No. 9 Th.1990 Tentang Kepariwisataan</span><br />
<span style="font-size: small;">Badan Pusat Statistik. 2007. Batang dalam Angka 2007. Batang : Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang.</span><br />
<span style="font-size: small;">__________________. 2009. Batang dalam Angka 2009. Batang : Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang.</span><br />
<span style="font-size: small;">__________________. 2009. Jawa Tengah dalam Angka 2009. Semarang : Bappeda Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah</span><br />
<span style="font-size: small;">David, Fred R. 2000. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : PT Prehalindo.</span><br />
<span style="font-size: small;">Jaunch, Lawrence R. Dan Glueck, Willian. 1998. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga.</span><br />
<span style="font-size: small;">Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata : Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paramita.</span><br />
<span style="font-size: small;">Pearce, J. dan Robinson, R. 1997. Manajemen Strategis : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba Empat.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-86985517808622153352010-02-22T09:31:00.002+07:002013-03-28T13:14:51.719+07:00"DO MI KA DO"<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Cambria, serif;"><b><i></i></b></span></span></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Cambria, serif;"><b><i></i></b></span></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Cambria, serif;"><b><i><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">sudah lama ga nulis blog ne.sedikit iseng ah, biar ada isinya..hehhee</span></span></span></span></i></b></span></span></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: medium;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Cambria, serif;"><b><i>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Cambria, serif;"><b><i></i></b></span></span></span></span></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><b><i><div class="MsoNormal" style="display: inline !important; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">sedikit ingin berkomentar ttg sebuah acara baru yg akan tampil di RCTI mulai hr ini. nama acaranya "</span></span></span><span style="letter-spacing: -.7pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">DO MI KA DO" rencananya akan tanyang setiap Senin-Jumat</span></span></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"> 13.00 WIB. Dalam releasenya RCTI acara ini dilatarbelakangi Kurangnya tayangan untuk anak di layar kaca,sehingga mendorong RCTI untuk membuat sebuah program in-house terbaru khusus untuk anak berjudul DO MI KA DO. Program anak berdurasi 60 menit ini menyasar target audience anak usia 5 - 12 tahun dan orangtua. Acara dikemas dengan santai dan ringan dengan penonton anak-anak, yang sangat bersemangat, antusias dan ceria mengikuti acara. Penonton di studio diajak berinteraksi untuk mencoba permainan yang disuguhkan seperti bermain yoyo, seni merangkai balon, dan banyak lagi. Kegiatan itu ditambah dengan informasi seputar tahun ditemukannya, bahan pembuat serta siapa penciptanya. Lalu ada juga penampilan anak-anak yang memiliki bakat khusus seperti penari balet, band cilik, pesulap dan banyak lagi.</span></span></span></span></div>
</i></b></span></i></b></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Cambria, serif;"><b><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"></span> <div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">DO MI KA DO terdiri dari beberapa segmen yang mengandung nilai edukasi tinggi bagi anak-anak seperti pada segmen KU MAU YANG KAU TAHU. Lalu ada pemutaran video klip lagu anak yang bakal memberikan hiburan tersendiri pada penontonnya. Video klipnya bukan hanya memutar lagu-lagu baru lho! DO MI KA DO juga bakal menayangkan video klip lagu-lagu lama sehingga kita yang dewasa juga bisa bernostalgia.</span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">Selain hiburan diatas, adik-adik akan diajak untuk menengok tempat-tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan seperti museum, Telaga Awarwan dan banyak lagi. Ada lagi yang lebih seru! DO MI KA DO bakal menayangkan VT Liputan dengan tema berbeda setiap harinya dalam segmen PETUALANGAN CERIA.</span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">Sepertinya sebuah konsep acara yg menarik, ditengah krisisnya tayangan yang ramah anak, namun ada sedikit hal yg mengusik saya ketika tanpa sengaja membaca sebuah posting di web C~Luvers yg isinya sebagai berikut :</span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">RCTI kembali meluncurkan program baru. DOMIKADO! sebuah acara yang membidik pangsa pasar anak-anak dalam kemasan bersifat mendidik sekaligus menghibur.<br />Program berdurasi 60 menit ini digawangi oleh 2 presenter kocak - Ade Namnung dan Amel - ditayang Senin hingga Jumat pukul 13:00 di Chanel RCTI. Episode kedua, Selasa 23 Februari 2010, DOMIKADO bakal menampilkan ICIL DIVO sebagai bintang tamu. Dalam episode ini kita bakal melihat bagaimana usaha keras Amel untuk memikat Cakka dengan jurus-jurus genitnya. Berhasilkan Amel? Tergodakah Cakka? Kita saksikan bersama lewat layar-kaca! Tunggu tanggal penayangannya! karena dalam episode itu Cakka bakal memainkan pula 'yoyo' kesukaan dan beraksi diatas papan skateboardnya.</span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-outline-level: 3; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;">Nah katanya acara anak- anak??kok seperti ini..</span></span></span></span><span style="color: #333333;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"> .lha apa bedanya ma acara orang dewasa kalo kyk ghini.tapi krn belum muncul acaranya, tdk banyak juga yg bisa dikomentari.lebih baik kita saksikan dulu aja acaranya. Apakah sesuai tujuan acara dengan isi acaranya. Dan untuk orangtua, jangan lupa damping putra-putrinya dalam menonton acara TV..</span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"> </span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"> </span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"> </span></span></span></span><span style="color: black;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"><o:p></o:p></span></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-weight: normal;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: georgia;"> </span></span></span></o:p></div>
</i></b></span></span></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-15574249254588093422010-01-05T14:12:00.000+07:002013-03-28T14:25:11.303+07:00Kegagalan Pendidikan di Indonesia dalam Membentuk Bangsa Berkarakter: Telaah Kebijakan dan Sistem Pendidikan Nasional<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<i>*Makalah ini disajikan dalam Poster Session SIMPOSIUM NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN INOVASI PENDIDIKAN 2009 DEPDIKNAS RI </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<b>ABSTRAK</b><br />
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.<br />
Bila kita melihat kondisi bangsa sekarang setelah merdeka setelah lebih 60 tahun penyelenggaraan pendidikan dijalankan, maka sudah selayaknya kita mempertanyakan “apa yang salah dengan sistem pendidikan nasional kita?”. Banyaknya kasus keterlibatan remaja dalam tawuran, penggunaan narkoba, dan bentuk- bentuk kenakalan remaja lainnya, adalah jauh dari gambaran remaja terdidik yang berbudi luhur dan bertanggung jawab. Hal ini berarti orang Indonesia yang cerdas otaknya, tetapi tidak cerdas secara emosi yang berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan.<br />
Dalam pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia masih terdapat banyak kelemahan baik itu dari segi materi, kurikulum, pengajar, serta kebijakan, sehingga harapan dari adanya pendidikan sendiri belum terwujud. Hal ini berakibat pada belum terbentuknya karakter peserta didik di Indonesia, yang secara langsng menjadi penyebab keterpurukan bangsa Indonesia akhir- akhir ini. <br />
Pendidikan agama yang diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap siwsa masih sebatas mengajarkan pada tingkatan pengetahuan siswa. Proses penilaian secara kuantitatif juga berimplikasi pada pembentukan sikap, kesadaran dan perilaku nyata dalam kehidupan sehari- hari.<br />
Pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan adalah orang tua, sekolah dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut harus bergotong royong serta bersinergi mempersiapkan anak menjadi manusia mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegaram serta kehidupan sebagai makhluk yang berketuhanan (beragama).<br />
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<iframe src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/17793565" width="476" height="400" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no"></iframe> Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-25221063494844196232009-02-12T14:09:00.000+07:002013-03-28T13:15:48.185+07:00APLIKASI PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM INTEGRATED LEARNING<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "; font-size: small;">Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "; font-size: small;">Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "; font-size: small;">Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai (Depdiknas, 2005). </span><span style="font-family: "; font-size: small;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "; font-size: small;">Pendidikan holistik menurut Jeremy Henzell-Thomas diacu dalam Latifah (2008) merupakan suatu upaya membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan didunia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="color: black; font-family: "; font-size: small;">Pendidikan Holistik merupakan suatu respon yang bijaksana atas ekologi, budaya, dan tantangan moral pada abad ini, yang bertujuan untuk mendorong para kaum muda sebagai generasi penerus untuk dapat hidup dengan bijaksana dan bertanggung jawab dalam suatu masyarakat yang saling pengertian dan secara berkelanjutan serta ikut berperan dalam pembangunan masyarakat</span><span style="font-family: "; font-size: small;">. Pendidikan holistik berkembang sekitar tahun 1960-1970 sebagai akibat dari keprihatinan tewrhadap krisis ekologis, dampak nuklir, polusi kimia, dan radiasi, kehancuran keluarga, hilangnya masyarakat tradisional, hancurnya nilai-nilai tradisional serta institusinya.<span style="color: black;"> <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "; font-size: small;">Pada saat ini banyak model pendidikan yang berdasarkan pandangan abad ke 19 yang menekankan pada <i>reductionism</i> (belajar terkotak-kotak), <i>linier thinking</i> (bukan sistem) dan <i>positivism</i> (fisik yang utama), yang membuat siswa sulit untuk memahami <i>meaning relevance</i> dan <i>value </i>antara yang dipelajari disekolah dengan kehidupannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem pendidikan yang terpusat pada anak yang dibangun berdasarkan asumsi <i>connectedness, wholeness </i>dan<i> being fully human. <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IT" style="font-family: "; font-size: small;">Untuk mencapai tujuan pendidikan holistik, maka kurikulum yang dirancang juga harus diarahkan untuk mencapai tujuan pembentukan manusia holistik. Termasuk di dalamnya membentuk anak menjadi pembelajar sejati, yang senantiasa berpikir holistik, bahwa segala sesuatu adalah saling terkait atau berhubungan. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap efektif untuk menjadikan manusia pembelajar sejati diantaranya adalah pendekatan siswa belajar aktif, pendekatan yang merangsang daya minat anak atau rasa keingintahuan anak, pendekatan belajar bersama dalam kelompok, kurikulum terintegrasi, dan lain-lain (Megawangi <i>et.al</i>, 2005).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "; font-size: small;">Pendidikan holistik dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan beberapa cara, diantaranya dengan menerapkan <i>Integrated Learning</i> atau pembelajaran terintergrasi/ terpadu, yaitu suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran. Inti pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi lainnya, antara saru mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Dari <i>integrated learning</i> inilah muncul istilah <i>integrated curriculum</i> (kurikulum terintegrasi/terpadu). Karakteristik kurikulum terintegrasi menurut Lake dalam Megawangi, <i>et.al</i> (2005) antara lain : Adanya keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan, menekankan pada aktivitas kongkret atau nyata, memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam kelompok. Selain memberikan pengalaman untuk memandang sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang dipelajarinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: ";">Integrated curriculum </span></i><span style="font-family: ";">atau sering dikenal dengan istilah <i>interdisciplinary teaching, thematically teaching</i> dan <i>synergetic teaching</i> member kesempatan kepada siswa untuk belajar melihat keterkaitan antar mata pelajaran dalam hubungan yang berarti dan kontekstual bagi kehidupan nyata. Sebagai contoh terdapat dalam kurikulum dengan tema kendaraan yang memiliki keterjalaan sebagai berikut :</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgGN7XV4lznhlN2hRRrtPqKOWuXCsPeDA_mEVck_Bi5npKXK0Wp0l3VPIfJ0iLe1RjYVy0MfDg3tz-AhKPUJlM7GukpM96iG51MrElprDf2YifXWKfEtH8JnpiLE0cHPkv52JTwA/s1600/holistik.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgGN7XV4lznhlN2hRRrtPqKOWuXCsPeDA_mEVck_Bi5npKXK0Wp0l3VPIfJ0iLe1RjYVy0MfDg3tz-AhKPUJlM7GukpM96iG51MrElprDf2YifXWKfEtH8JnpiLE0cHPkv52JTwA/s400/holistik.png" width="340" /></a></span></div>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;">Kurikulum terintegrasi dalam pendidikan holistik membuat siswa belajar sesuai dengan gambaran yang sesungguhnya, hal ini karena kurikulum terintegrasi mengajarkan keterkaitan akan segala sesuatu sehingga terbiasa memandang segala sesuatu dalam gambaran yang utuh. Kurikulum terintegrasi dapat memberikan peluang kepada siswa untuk menarik kesimpulan dari berbagai sumber infomasi berbeda mengenai suatu tema, serta dapat memecahkan masalah dengan memperhatikan faktor- faktor berbeda (ditinjau dari berbagai aspek). Selain itu dengan kurikulum terintegrasi, proses belajar menjadi relevan dan kontekstual sehingga berarti bagi siswa dan membuat siswa dapat berpartsipasi aktif sehingga seluruh dimensi manusia terlibat aktif (fisik, social, emosi, akademik).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;">DAFTAR PUSTAKA <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;">Depdiknas. 2005.<span style="color: white;"> </span><i>Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2009. </i>Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;">Latifah, M.2008 Pendidikan Holistik. Bahan Kuliah (tidak dipublikasikan). Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -35.45pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;">Megawangi, R., Melly L., Wahyu F.D. 2005. <i>Pendidikan Holistik</i>. Cimanggis: Indonesia Heritage Foundation</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: small;"><o:p></o:p></span></div>
Anonymousnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-21282048971979785922009-02-12T13:51:00.001+07:002013-03-28T13:16:08.628+07:00Menjadi pribadi yang menyenangkan<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><!--[endif]--><b>Memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.</b></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Salah satu sifat manusia yang berjiwa besar adalah, dalam dirinya selalu tersimpan rasa ingin selalu berkhidmat kepada orang lain dan bukan meminta dikhidmati oleh orang lain. Karena ia merasa yakin bahwa sebanyak itu ia memberikan perhatian kepada orang, sebanyak itu pula ia akan mendapatkan perhatian dari orang lain. </div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="FI">Orang lain tak ubahnya sebagai refleksi dari pada diri kita sendiri. Pepatah melayu mengatakan, "jika buruk wajah jangan lalu cermin yang dipecah" tetapi perbaikilah bentuk dan raut wajah, niscaya cermin itu dengan sendirinya akan mengeluarkan pantulan yang indah. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="FI">Nah, salah satu yang dapat memantulkan bayangan indah dari cermin orang lain itu adalah prilaku kita yang senantiasa ingin memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="FI">Tidak ada yang dapat membahagiakan hati kita, kecuali jika kita telah benar-benar membantu dan meringankan beban orang lain, tentu dengan satu keyakinan bahwa Allah Swt. akan senantiasa meridoi segala apa yang kita perbuat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="NL">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="NL">Lemah lembut dan dapat mengontrol emosi</span></b><span lang="NL"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Dalam hidup ini, terkadang dalam hati kita sudah tertanam untuk tidak melakukan perbuatan buruk yang bakal merugikan orang lain, namun perbuatan buruk itu bisa jadi muncul dari orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Ada saja perbuatan orang lain yang membuat kita merasa jengkel dan panas hati, boleh jadi perbuatan tersebut disengaja atau tanpa disadarinya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan, ia tidak lantas main hantam dan menyalahkan secara kasar. Namun yang ia lakukan adalah memberikan masukan secara bijak dan penuh kearifan. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Boleh jadi dengan kearifannya ini akan membekas di hati orang yang berbuat salah kepadanya, sehingga di hari kemudian orang tadi menjadi orang yang selalu merasa takut berbuat kesalahan sekecil apapun berkat nasehat dan masukan yang arif tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Sungguh besar pahala kita jika kita mampu merubah jalan hidup orang lain hanya semata-mata sikap lemah lembut dan kemampuan kita mengontrol emosi itu. Ketimbang, jika yang kita lakukan adalah memaki dan memarahinya seolah-oleh tidak ada kata maaf dan introspeksi dalam kamus diri kita.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="NL">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="NL">Mampu memberikan reward dan empatik kepada orang lain</span></b><span lang="NL"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Salah satu ciri orang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan adalah ia mudah memberikan reward atau penghargaan berupa pujian tulus kepada orang yang telah berbuat baik sekecil apapun. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Kata-kata seperti, "oh, memang betul-betul hebat kamu yah, atau, "wah, coba kalau tidak ada kamu tadi, bisa lain urusannya", dan lain-lain yang menggambarkan bahwa kita benar-benar dapat menghargai karyacipta orang lain. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="NL">Coba kita bandingkan dengan ungkapan berikut, "ah, kalau itu sih siapa juga bisa", atau "yah, lumayan lah nggak jelek-jelek banget sih" dan yang semisalnya. </span><span lang="FI">Betapa kata-kata ini menampakkan kita belum dapat menghargai apa yang dilakukan orang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b><span lang="SV">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span lang="SV">Tidak membuang muka kepada orang yang suka maksiat</span></b><span lang="SV"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="SV">Dalam lingkungan kita terkadang ada orang yang dianggap sampah masyarakat. Kegemarannya adalah mencari keonaran dan membuat kerusuhan dalam masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="SV">Banyak orang yang dalam menghadapi orang semcam ini, malah mengucilkannya. Sampai-sampai ada kesepakatan untuk tidak melakukan hubungan dengan orang tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="SV">Sebagai seorang yang beragama, yang tentunya memiliki keyakinan akan adanya kebaikan dalam diri orang tersebut, kita tidak boleh lekas-lekas memutuskan hubungan dengannya. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="SV">Akan tetapi kita berusaha untuk selalu mencari celah mengajaknya kembali kepada jalan yang benar. Bahkan harus kita ciptakan strategi yang membuatnya dapat luluh untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela itu. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="SV">Terkadang untuk mewujudkan hasil ini, perlu sesekali kita mengikuti dunia hitam yang orang itu geluti seperti dunia malam, hiburan, perjudian, dll…namun ada satu misi yang kita tuju, yaitu kita akan merubah jalan hidup orang tersebut kalau kita telah berhasil meraih hati orang tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><b>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><!--[endif]--><b>Tidak bersikap angkuh</b></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Banyak orang mengira bahwa dengan bersikap angkuh akan menjadikan diri kita disegani oleh orang lain, yang betul justru sebaliknya orang akan enggan bergaul dengan kita. </div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Dalam realitas hidup bisa jadi ada orang yang merasa minder melihat kesuksesan hidup yang diraih oleh kita misalnya, rasa minder ini lalu akan melahirkan rasa rendah diri dan kurang bersahabat dengan kita. </div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Pada saat inilah kita perlu menunjukkan sikap rendah hati kita untuk memulai mencairkan kondisi dengan bersikap ramah dan tawadu kepada mereka.</div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan bukanlah sesuatu yang sulit, yang pasti ada banyak cara untuk memperolehnya. Namun yang terpenting adalah adanya kemauan dalam diri kita untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan.</i></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<i>Dengan memiliki kepribadian ini bukan hanya dapat mempengaruhi kesehatan jasmani dan ruhani orang yang memilikinya, akan tetapi ia juga akan mendapatkan orang lain merasa nyaman berada di sisinya.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p> </o:p></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-83490831409729025422009-02-12T10:43:00.000+07:002013-03-28T13:16:46.635+07:00MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "<i>feeling</i>" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. <o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku. </span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=19647025" name="34"></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Sumber motivasi intrinsik adalah <i>challenge, curiosity, control, </i>dan <i>fantasy</i> sedangkan motivasi ekstrinsik </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">timbul karena ada rangsangan dari luar. Individu yang termotivasi secara ekstrinsik akan berpartisipasi untuk menghasilkan outcome tertentu seperti reward, pujian dari guru atau terhindar dari hukuman.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=19647025" name="37"></a> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual. </span><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=19647025" name="38"></a><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Memberikan aktivitas dengan tingkat kesulitan tingkat menengah sehingga tidak akan membosankan siswa karena terlalu mudah atau membuat siswa putus asa karena terlalu sulit.<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Memberikan informasi dan ide yang dikaitkan dengan pengetahuan siswa, serta kejutan dan <i>incongruity</i> dalam aktivitas yang dilakukan di kelas<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memilih aktivitas dan terlibat dalam pembuatan peraturan dan prosedur di kelas sehingga siswa merasa memiliki control<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Melibatkan siswa dalam aktivitas <i>make-believe</i>, permainan, dan simulasi, namun kegiatan ini harus relevan dengan materi pelajatran dan tidak mengganggu<o:p></o:p></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
<span lang="IN" style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antarpribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/intelektual dan kemampuan sosial. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-48713336177572267762009-02-11T19:35:00.000+07:002013-03-28T13:17:02.323+07:00Panduan Memilih Jurusan atau Program Studi<div class="MsoNormal">
<st1:givenname st="on">KENALI</st1:givenname> <st1:sn st="on">DIRI</st1:sn> <st2:personname st="on"><st1:givenname st="on">ANDA</st1:givenname> <st1:sn st="on">SEBELUM</st1:sn></st2:personname> MENGENALI YANG LAIN</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p> </o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada beberapa pinsip dasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan pilihan, apalagi bila berhubungan dengan perjalanan hidup di masa depan, diantaranya program pendidikan ditekuni, seperti memilih jurusan atau program studi saat akan memasuki bangku perkuliahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Disamping faktor prestasi, yang perlu dipertimbangkan adalah :</div>
<ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hobi dan kesenangan. Jika anda memilih berdasarkan hobi dan kesenangan maka dalam menekuninya anda akan merasa semangat, tidak mudah putus asa, dan yang lebih utama adalah menyenangkan (enjoy)</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kemampuan. <span lang="SV">Jika anda memilih berdasarkan kemampuan, maka dalam menekuninya anda tidak akan merasa terbebani (dengan catatan anda tidak salah menilai kemampuan sendiri). Anda akan dapat menyelesaikan studi dengan lancar.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kepribadian. Penekanannya pada pengenalan tipe kepribadian sendiri, sehingga apa yang sedang atau akan anda lakukan tidak bertentangan dengan ’kebiasaan’ anda sehari- hari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Kebutuhan. Memilih berdasarkan kebutuhan tidaklah sulit, tetapi anda diharapkan untuk menentukan kebutuhan yang terpenting/ utama diantara beberapa kebutuhan, maka pikir dan hitunglah dengan matang. Jangan lupa untuk mempertimbangkan kebutuhan anda sendiri dalam jangka pendek dan jangka panjang.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Tujuan. Menetapkan pilihan berdasarkan orientasi atau tujuan yang anda tentukan sendiri membuat anda tidak akan kehilangan arah dalam menjalaninya. Anda akan tetap semangat dan memotivasi diri sampai tujuan anda tercapai, kecuali anda salah dalam menetapkan tujuan.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Keadaan. Usahakan jangan memaksakan diri untuk memilih departemen karena dipengaruhi oleh berbagai situasi saat ini. Pikirkan situasi 4 tahun ke depan saat anda menjadi sarjana.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Keinginan. Arahkan ambisi anda untuk melihat hal- hal yang realistis, sehingga anda tidak terbuai oleh mimpi- mimpi yang anda khayalkan.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="SV">Salat Istikhoroh dan berdoa agar diberikan petunjuk dan pilihan yang terbaik.</span></li>
</ol>
Selamat mencoba...Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-64733757677645836042009-02-11T19:31:00.001+07:002013-03-28T13:17:26.539+07:00Andai Dunia tanpa Keluarga<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI">Keluarga sebagai sebuah institusi terkecil dalam masyarakat mempunyai peranan penting dalam pembentukan pola kehidupan masyarakat. </span><span lang="SV">Hal ini karena di dalam keluargalah anak- anak mendapatkan pendidikan pertama kali, khususnya pembentukan karakter dan kepribadian anak. Selain itu, keluarga pulalah yang menjadi lembaga dalam mempersiapkan anak dalam menghadapi perkembangan zaman sehingga anak dapat menghadapinya dengan baik. Namun bagaimana yang akan terjadi jika dunia tanpa keluarga? Tidak ada tempat yang menjadi lembaga pendidikan pertama bagi anak, tidak ada pula lembaga yang menjadi filter bagi anak- anak dalam menghadapi tantangan zaman,sehingga mereka menjadi rapuh dan lebih rentan dalam menghadapi permasalahan. Nilai – nilai atau norma- norma yang berkembang dalam masyarakat hanya akan didominasi oleh norma- norma modern, hal ini karena tidak adanya lembaga yang menjadi sarana dalam proses pertukaran dan pengenalan budaya yang telah berkembang<o:p></o:p></span></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-23121510859308680172008-12-14T22:24:00.002+07:002013-03-28T13:18:37.702+07:00Kiat Kaya Ala Milyader Jogja<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify;">
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List" style="font-family: georgia;"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} </style> <span lang="FI" style="font-size: 100%;">Era globalisasi membuat perubahan dalam tatanan kehidupan. Teknologi yang semakin berkembang menyebabkan perubahan nilai dan pola pikir setiap individu. Perkembangan teknologi yang pesat yang tidak disertai keahlian lebih menyebabkan lapangan pekerjaan menjadi semakin sempit. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi seseorang untuk menumbuhkan jiwa kompetisinya. Untuk itu, seseorang sangat dituntut untuk bisa berfikir kreatif agar bisa tetap <i>survive</i>. Salah satu cara yang efisien dalam menghadapi tantangan bangsa adalah dengan berwirausaha. </span><span lang="SV" style="font-size: 100%;">Kegagalan seseorang dalam bidang akademik tidak membuat seseorang tersebut jatuh dan terpuruk. Namun sebaliknya dengan membangun wirausaha orang tersebut bisa tetap bertahan bahkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi ratusan ribu orang di dunia. Salah satu contoh orang yang berhasil dalam berwirausaha ini adalah bapak Purdi E Chandra. Beliau lahir di Lampung 9 September 1959. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-size: 100%;"> Bapak Purdi ini, sudah mulai berbisnis sejak kecil yaitu semenjak ia duduk di bangku SMP di Lampung. Sejak kecil orang tuanya selalu mengajarkan kepada beliau untuk bisa hidup mandiri. Bisnis yang tidak resminya dimulai pada saat beliau duduk di bangku SMP dengan beternak ayam dan bebek kemudian menjual hasil ternaknya ke pasar. Bisnis resminya sendiri mulai ia dirikan pada tanggal 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Saat memulai bisnisnya ia masih berstatus sebagai mahasiswa di 4 fakultas (psikologi, elektro, sastra inggris dan farmasi) dan dua Perguruan Tinggi Negeri (UGM dan IKIP) di Yogyakarta. Tekad ia berwirausaha ini berawal ketika ia merasa bahwa saat duduk di bangku perkuliahan ia tidak mendapatkan apa-apa kemudian ia bertekad untuk meninggalkan dunia pendidikan dan menggeluti dunia bisnis. Menjadi wirausaha yang handal memang tidak mudah, jalan yang dilaluinya pasti berkelok dan bertebing. Hal serupa juga dialami oleh bapak Purdi yang gagal meraih gelar sarjana tetapi bukan berarti gagal meraih cita-cita. Karena hal inilah yang memotivasi bapak Purdi menjadi pengusaha, dengan modal dari hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Awalnya muridnya hanya dua, namun dengan segala upaya yang dilakukan bapak Purdi dua tahun kemudian muridnya menjadi banyak. Setelah sukses, banyak lembaga lain yang meniru primagama kemudian beliau membuat inovasi baru. Inovasi yang dikembangkannya yaitu, sistem franchise atau waralaba (pemberian hak pada seseorang, dalam penggunaan merek untuk menjalankan usaha dalam kurun waktu tertentu). </span><span lang="IT" style="font-size: 100%;">Akibatnya, sekarang primagama mempunyai cabang di seluruh kota di Indonesia. Selain itu, sekarang primagama sudah menjadi <i>Holding Company</i> yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan di berbagai bidang seperti: pendidikan formal, pendidikan non-formal, telekomunikasi, biro perjalanan, rumah makan, supermarket, asuransi, meubelair, lapangan golf dll. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-size: 100%;"> Kesuksesan yang saat ini diraih oleh bapak Purdi tak lain berkat bantuan dan dukungan dari sang istri. Ada lima hal yang selalu ditanamkan oleh ia, katanya keberanian adalah salah satu modal wirausaha yakni harus berani mimpi, berani mencoba, berani merantau, berani gagal dan berani sukses. Gagal dan berhasil adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Masalahnya bukan terletak pada kegagalannya tetapi disini yang harus ditekankan adalah bagaimana menyikapi sebuah kegagalan yang penting. Bagi bapak Purdi, pengalaman gagal dapat dipergunakan untuk menemukan kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali. Dalam menghadapi kegagalan ia selalu <i>positif thinking</i>, ia beranggapan bahwa dibalik kekalahan dan kegagalan pasti ada hikmah yang diterimanya sehingga ia tidak pernah putus asa. Selain itu, ia mempunyai resep manjur bagi yang ingin berwirausaha, yaitu BODOL, BOTOL dan BOBOL.<o:p></o:p></span></div>
<div style="font-family: georgia; font-family: georgia; line-height: 150%; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-size: 100%;"> BODOL merupakan kepanjangan dari Berani, Optimis, Duit dan Orang lain. Resep ini digunakan apabila ada orang yang ingin membuka usaha tetapi bingung karena tidak mempunyai modal. </span><span style="font-size: 100%;">Dalam bisnis diperlukan keberanian dan rasa optimis. Jika tidak punya uang tidak ada salahnya pinjam duit orang lain. Pasti ada orang yang mau membiayai bisnis yang akan kita jalankan jika memang prospektif. Kalau kita punya duit dan modal tapi tidak ahli di bidang bisnis, gunakan jurus BOTOL yaitu Berani, Optimis, Tenaga dan Orang Lain. Jika kita mempunyai modal maka kita serahkan saja pada yang ahli di bidangnya sehingga bisnis tetap berjalan. Pendeknya kita tak harus menggunakan tenaga sendiri untuk menjalankan bisnis. Resep terakhir adalah jurus BOBOL yaitu Berani, Optimis, Bisnis dan Orang Lain. Hal ini dikeluarkan jika ide bisnis pun tak ada maka kita dapat meniru bisnis orang lain. Ibaratnya, bisnis adalah seperti masuk ke kamar mandi yaitu dengan tidak banyak berpikir. Jika di kamar mandi airnya kurang hangat, semua bisa diatur hingga sesuai dengan keinginan kita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"> </span><span lang="IT" style="font-size: 100%;">Ada hal yang bisa dipetik dari kisah ini, yaitu “kita harus selalu instropeksi diri dan evaluasi diri, jangan sampai ketika kegagalan dan kekalahan menghampiri kita terus marah-marah dan menyalahkan orang lain”. Hal ini dinamakan <i>Locus of Control </i>yang ada dalam diri kita haruslah yang internal yaitu melihat setiap kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita merupakan kesalahan yang ada di dalam diri kita sendiri dan haruslah kiat memperbaiki diri kita agar menjadi orang yang lebih baik serta tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Kunci utama untuk menjadi seorang entrepreneur adalah pantang menyerah dan kreatif serta mampu menyediakan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Selain itu, seorang entrepreneur juga harus mampu melihat peluang yang ada dan mampu mengambil resiko yang akan dihadapi karena seorang entrepreneur adalah seorang pemikir. Jadi mulailah pada saat ini kita mengembangkan jiwa entrepreneur agar hidup kita dapat bermanfaat untuk orang lain. <i> </i><o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: georgia; font-size: 100%;">
</span><span lang="FI" style="font-family: georgia; font-size: 100%;">Ditulis oleh : Ary Rahmawati,</span><span lang="FI" style="font-family: georgia; font-size: 100%;"> Sri Maryati, </span><span lang="FI" style="font-family: georgia; font-size: 100%;">Hidayat Syarifuddin, </span><span lang="FI" style="font-family: georgia; font-size: 100%;">Christin Haryati, </span><span lang="FI" style="font-family: georgia; font-size: 100%;">Novida Nurmayanti <o:p></o:p></span> Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-37553367656875266382008-12-14T11:23:00.001+07:002013-03-28T13:19:03.080+07:00PREPARING AGRICULTURAL PEOPLE TOWARD CREATIVE ECONOMY ERA FOR BETTER LIFE IN THE FUTURE<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List" style="font-family: georgia;"></link><span style="font-family: georgia; font-size: 100%;"><o:smarttagtype name="country-region" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="PlaceName" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="PlaceType" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype><o:smarttagtype name="place" namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags"></o:smarttagtype></span><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} </style> --><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: georgia;">Written by: Okvina Nur Alvita, Febi Damiko, Hidayat Syarifuddin</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b>ABSTRACT<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Globalization era has brought various changes in growth of the world these days. The changes cover various areas; one of them is in the field of economics. Economic growth walk as according to epoch growth, Alvin Toffler in Simatupang (2007) mentioning that civilization of human being consisted of three wave: agriculture era, industrial era, and the information era. President of <st1:place st="on"><st1:placetype st="on">Republic</st1:placetype> of <st1:placename st="on">Indonesia</st1:placename></st1:place> have a notion that the fourth wave of civilization is creative economy era as continuation from economic wave of information. Furthermore, President also expresses that creative economics as the fourth wave of economics era, orienting at creativity, cultural, and also the cultural heritage and the environment. Creative economic is the economics era that place creativity, and innovate as a motor of economic activator. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;"><st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> as agricultural country faces a challenge to survive in the era of newly economics. Considering agricultural economy represent economics of first wave in this world, but the agriculture represent Indonesian nation spirit. Conscious of this fact, we required the effective way to prepare creative human in <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> who not only able to compete in this newly era but also have a spirit of Indonesian nation as agricultural state.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Preparing Indonesian people who not only creative, but also have spirit of Indonesian nation as agricultural state can be gone through by education. Education that proven the effective way to develop children’s creativity is by applying method of holistic education base on character (Hastuti, 2006). In her dissertation, Hastuti (2006) mentioning that children who get method of holistic education base on character has higher level of creativity than children which don’t get method of this education.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: georgia; line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Creativity which has been builded since in the elementary school can bear creative individuals in the future. And of course the creativity owned by each the individual can used to develop <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> as agricultural state.</span></div>
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List" style="font-family: georgia;"></link><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} </style> --><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: georgia;">
<br />
<br />
</span></span> Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-44559317091006383302008-12-14T11:19:00.004+07:002013-03-28T13:20:04.007+07:00PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">Pendahuluan</span></span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan adanya pembagian peran dan fungsi dari anggotanya. Salah satu tugas yang harus diemban dari anggota keluarga adalah pengambilan keputusan. Di dalam kehidupan keluarga sehari- hari, pengambilan keputusan sering dilakukan. Biasanya proses pengambilan keputusan ini bisa dilakukan secara singkat ataupun mengambil waktu yang lama tergantung pada keputusan yang apa yang akan diambil. Jika keputusan yang akan diambil mempunyai resiko yang tinggi dan memerlukan sumberdaya yang besar, maka proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama, untuk menghindari rasa sesal kemudian. </span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Proses pengambilan keputusan diperlukan dalam proses manajemen sumberdaya keluarga, agar proses manajemen dapat menghasilkan keluaran yang memuaskan. Pengambilan keputusan mengandung makna suatu proses dalam memilih dan menetapkan alternative yang tepat untuk suatu tindakan yang diinginkan dan akan mendasari semua fungsi manajemen. Walaupun sering dilakukan oleh keluarga dalam melangsungkan fungsinya dan dianggap biasa, tetapi dalam menetapkan pilihan merupakan suatu hal yang sulit.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Deacon dan Firebough (1988) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang mendasari semua proses manajemen sumberdaya keluarga. Hal ini berarti bahwa selama proses manajemen sumberdaya berlangsung, maka proses pengambilan keputusan juga terjadi. Pengambilan keputusan dalam keluarga oleh individu kadang merupakan suatu hal yang kompleks, tidak saja mempertimbangkan hal yang sifatnya rasional tetapi juga aspek psikologis, sosial budaya, dan lain-lain.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Salah satu kegiatan proses pengambilan keputusan dalam keluarga adalah keputusan dalam bidang pendidikan, khususnya keputusan dalam menentukan sekolah atau lembaga pendidikan bagi anak. Proses pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan ini seringkali membuat orangtua kebingungan, terlebih bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, yang menuntut orangtua lebih jeli dalam menentukan keputusan. Mengingat pentingnya proses ini, maka perlu dipersiapkan dengan baik, agar keputusan yang diambil sesuai dengan yang tujuan yang diharapkan, yaitu terbentuknya anak- anak berkualitas.</span><br />
<br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">Proses Pengambilan Keputusan Pendidikan Anak Dalam Keluarga</span></span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Proses pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak tergolong poses pengambilan yang memerlukan pemikiran lebih dan rasional serta proses yang lama. Proses pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak dilakukan untuk mencapai tujuan, yaitu terbentuknya putra- putri yang berkualitas dan berkarakter, namun ada juga yang mempunyai tujuan agar anaknya kelak dapat hidup layak dan berpenghasilan tinggi dengan modal pendidikan yang dimiliki. Dengan tujuan tersebut tentunya orangtua tidak akan sembarangan dalam memutuskan. Orantua pasti akan berusaha keras, agar putra-putrinya mendapatkan pendidikan yang layak.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Beberapa hal yang sering menjadi pertimbangan orangtua dalam memilih sekolah atau lembaga pendidikan antara lain :</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">1. Lokasi sekolah yang cukup strategis, relatif dekat dengan rumah dan lokasi sekolahnya cukup nyaman untuk kegiatan belajar. Apabila sekolah terlalu jauh akan mengakibatkan anak cenderung terlalu capek di jalan dan mengurangi minat belajarnya. Sedangkan apabila lokasi sekolahnya terlalu bising, sedikit banyak akan mengganggu konsentrasi anak-anak saat menerima pelajaran.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">2. Sekolah tersebut cukup memiliki fasilitas yang cukup memadai artinya sekolah tersebut cukup mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar. Paling tidak memiliki ruang kelas yang bersih dan teratur, lapangan olah raga untuk kegiatan di outdoor, hall untuk olah raga indoor, fasilitas perpustakaan serta Lab komputer, fasilitas beribadah yang memadai serta toilet yang terjaga bersih. Jika sekolah kurang luas dan kurang nyaman, tentunya anak anak kurang leluasa beraktifitas.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">3. Segi keamanan sekolah yang cukup bagus artinya pihak sekolah senantiasa memonitor siapa saja yang bisa keluar masuk sekolah tersebut.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">4. Sekolah memiliki kurikulum, kepala sekolah dan guru-guru yang cukup berkualitas , yang bisa memberi rasa nyaman saat belajar , rasa senang terhadap mata pelajaran , memperhatikan dan tanggap atas karakteristik masing-masing anak didiknya. Sehingga anak-anak terpacu untuk lebih kreatif, berani bereksperimen serta lebih percaya diri.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">5. Anak menyukai calon sekolahnya tersebut karena merekalah yang nantinya akan menjalani proses pendidikan tersebut.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">6. Dan yang terakhir tetapi cukup penting dalam pengambilan keputusan adalah mengenai berapa besar biaya untuk bersekolah ditempat tersebut. Selain uang pangkal dan SPP, apakah setiap bulannya akan ada tambahan biaya -biaya lain, additional charges untuk ekstra kulikuler, outbound atau kegiatan yang lain.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Setelah mendapatkan informasi yang cukup serta alternatif, maka orangtua akan menentukan alternatif yang tepat, yang cocok untuk putra-putrinya serta sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki. Perkembangan zaman juga ikut mempengaruhi proses pengambilan keputusan pendidikan anak. Akhir – akhir ini sistem pendidikan home schooling juga menjadi pilihan sebagian orangtua.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Model pengambilan keputusan atau strategi dalam memilih alternatif yang cocok untuk digunakan yang umumnya dilakukan dalam menentukan sekolah atau pendidikan anak adalah strategi optimasi, yaitu mengambil keputusan yang memberi keuntungan yang tinggi sesuai dengan situasi atau keadaan pemilikan informasi, atau keputusan yang “terbaik” dengan mempertimbangkan dan menilai keuntungan dan kerugiannya.</span><br />
<span style="font-family: georgia; font-size: 130%;">Adapun tipe pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan ini beraneka ragam. Ada keluarga yang mendiskusikan hal ini dengan putra-putrinya, namun ada pula proses pengambilan keputusan dilakukan secara dominan oleh orangtua, bahkan perkembangan akhir- akhir ini tidak jarang orangtua memaksa anak untuk belajar di suatu lembaga pendidikan, sehingga justru mempengaruhi perkembangan mental anak.</span></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-83200479400948426082008-12-11T19:42:00.005+07:002010-01-07T16:14:49.844+07:00BEM FEMA<span style="font-size:100%;"><span style="font-family:georgia;">Hari ini, tepatnya Kamis, 11 Desember 2008, di kampus ada orasi calon kuat (habisnya cuman satu) ketua BEM FEMA kedua atau buat kepengurusan ke depan. Diriku jadi inget setahun yang lalu waktu mau daftar jadi pengurus BEM FEMA, waktu itu diminta buat esai, krn agak malas, buatnya ngasal dikit, bahkan comot sana comot sini. Ada yang mau baca???</span>
<br /><span style="font-family:georgia;">ne tulisannya, judulnya " </span></span><meta equiv="CONTENT-TYPE" content="text/html; charset=utf-8"><title></title><meta name="GENERATOR" content="OpenOffice.org 2.4 (Linux)"><style type="text/css"> <!-- @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } --</style><span style=";font-family:Garamond,serif;font-size:100%;" ><b>FEMA : KAMU BISA !!!".
<br /></b>Jangan dicontek ya, kurang mutu soalnya..hehehe
<br /></span> <meta equiv="CONTENT-TYPE" content="text/html; charset=utf-8"><title></title><meta name="GENERATOR" content="OpenOffice.org 2.4 (Linux)"> <style type="text/css"> <!-- @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } --> </style> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="center"><span style="font-size:100%;"><b>FEMA : KAMU BISA !!!</b></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in; text-align: center;font-family:georgia;" lang="id-ID"><span style="font-size:100%;"><i>Oleh : Hidayat Syarifuddin (I24052734)</i><span style="font-style: italic;">
<br /></span></span></p><p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify" lang="id-ID"><span style="font-size:100%;">Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (HELTS 2003-2010) memuat tiga kebijakan dasar, yaitu: (1) Daya saing bangsa; (2) Organisasi yang sehat; dan (3) Otonomi. Terkait dengan hal tersebut, maka Institut Pertanian Bogor (IPB) yang saat ini berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN), sedang menata diri untuk senantiasa berorientasi pada mutu baik dalam bidang akademik, kerjasama, maupun pelayanan kepada masyarakat. Untuk mewujudkan visi dan misinya, IPB melakukan perubahan baik secara kelembagaan maupun dalam penyelenggaraan sistem pendidikan. </span> </p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify"><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">Keputusan Rektor IPB Nomor 112/K13/OT/2005 mengenai pembentukan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) di IPB, dan yang pertama di Indonesia, telah memberikan sentuhan dan inovasi pendidikan yang “luar biasa”. Kehadiran FEMA tidak terlepas dari perjalanan panjang IPB menuju status baru pendidikan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Berdasarkan PP No. 154 tahun 2000 status ini memungkinkan IPB mengelola dan mengembangkan “asset” serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan tinggi dengan kewenangan penuh mengatur diri sendiri</span></span><span style="font-size:100%;">.</span></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify"><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki potensi untuk senantiasa mengembangkan pemikiran dan sikap kritis, dinamis dan idealis. Sebagai asset nasional perlu diberi peluang seluas-luasnya untuk mengaktualisasikan diri agar dapat berkembang menjadi manusia yang cerdas, berwawasan luas, t</span></span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">erampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, beriman dan bertaqwa, serta mempunyai tanggung jawab keilmuan yang tinggi dalam pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.</span></span></p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify"><span style="font-size:100%;">Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID"> sebagai </span></span><span style="font-size:100%;">bagian dari mahasiswa IPB diharapkan dapat terus mengembangkan </span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">pemikiran yang konstruktif dan kreatif baik dalam hal pengem</span></span><span style="font-size:100%;">ba</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">ngan ilmu, teknologi dan ata</span></span><span style="font-size:100%;">u</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID"> seni, maupun dalam pembangunan nasional secara menyeluruh.</span></span><span style="font-size:100%;"> Oleh karena itu m</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">ahasiswa</span></span><span style="font-size:100%;">, khususnya mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID"> diharapkan tidak hanya menekuni ilmu d</span></span><span style="font-size:100%;">a</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">lam bidangnya saja, tetapi juga beraktifitas untuk mengembangkan kepribadian agar menjadi pemimpin yang berk</span></span><span style="font-size:100%;">u</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">alitas di masa yang akan dat</span></span><span style="font-size:100%;">a</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">ng. </span></span> </p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify"><span style="font-size:100%;">Saat ini m</span><span style="font-size:100%;"><span lang="id-ID">ahasiswa telah diberi peluang untuk mengikuti kegiatan baik di dalam kampus maupun di lingkungan masyarakat luar kampus. Pembinaan kemahasiswaan telah sedemikian rupa dijalankan, sehingga mahasiswa memiliki media untuk mengembangkan bakat dan minat serta berprestasi dalam berbagai hal.</span></span><span style="font-size:100%;"> Namun dalam kenyataan di lapangan, mahasiswa, khususnya mahasiswa FEMA belum banyak tertarik untuk melakukan aktivitas di luar akademik, sebagai bentuk pengembangan kapasitas diri. Ketiadaan kakak kelas menyebabkan tidak adanya </span><span style="font-size:100%;"><i>role model</i></span><span style="font-size:100%;"> menjadi salah satu factor munculnya hal ini, namun sebenarnya bukanlah alas an yang tepat, karena mahasiswa FEMA tidaklah berdiri sendiri. Di sekeliling mereka banyak mahasiswa dari fakultas lain yang lebih dulu terbentuk. </span> </p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify"><span style="font-size:100%;">Bercermin dari satu tahun perjalanan mahasiswa FEMA, terlihat potensi yang sangat besar. Pembentukan kelembagaan yang terbilang lebih mandiri dari yang lain merupakan sebuah prestasi besar. Walaupun belum diresmikan kelembagaan di FEMA sudah mendapatkan </span><span style="font-size:100%;"><i>bargaining position</i></span><span style="font-size:100%;"> dan kepercayaan yang baik dari berbagai pihak. Selain itu kiprah dan prestasi mahasiswa FEMA di kegiatan kemahasiswaan juga menggembirakan. Beberapa kali mahasiswa FEMA unjuk gigi dalam kegiatan- kegiatan kemahasiswaan baik di tingkat fakultas, perguruan tinggi maupun nasional, seperti OMI Tradisional, LKTM, PPKM, LKMM, dan PIMNAS bahkan dalam waktu dekat 3 orang mahasiswa FEMA akan berangkat ke Malaysia untuk mengikuti </span><span style="font-size:100%;"><i>student exchange</i></span><span style="font-size:100%;"> program beasiswa unggulan aktivis. </span> </p> <p style="text-indent: 0.5in; margin-bottom: 0in;font-family:georgia;" align="justify"><span style="font-size:100%;">Namun seperti yang telah disampaikan di atas, prestasi yang ada baru merupakan sebagian kecil dari penggalian potensi mahasiswa FEMA. Masih banyak potensi yang belum tergali. Oleh karena itu kehadiran BEM FEMA diharapkan dapat menjembatani permasalahan ini. BEM tidak hanya sekedar sebagai </span><span style="font-size:100%;"><i>event organizer</i></span><span style="font-size:100%;">, namun juga dapat mewadahi mahasiswa dalam proses pengembangan dan aktualisasi diri. </span> </p><span style="font-size:100%;">
<br /></span>Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-45707148357772900942008-12-11T19:32:00.003+07:002013-03-28T13:20:26.036+07:00PENGASUHAN DALAM MASYARAKAT JAWA DI JAWA<div style="text-align: justify;">
<style type="text/css"> <!-- @page { size: 8.5in 11in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } </style> </div>
--> <br />
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Anak- anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun bangsa dan negara. Anak adalah modal pembangunan yang akan memelihara dan mempertahankan serta mengembangkan hasil pembangunan fisik, mental dan sosial Indonesia, karenanya pembinaan dan pengembangan emosi anak yang optimal dibutuhkan untuk menyiapkan potensi manusia yang teguh dan berkualitas.</span></div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Anak membutuhkan kemampuan untuk berfikir, mengaplikasikan, menganalisis, mensintetis, dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dalam menghadapi masa depan, untuk dapat mengambil keputusan yang benar. Peran orangtua dan keluarga sebagai unit sosial yang pertama dan utama mensosialisasikan nilai- nilai menjadi sangat penting dalam mempersiapkan kemampuan anak tersebut,. Pengasuhan sebagai peran orangtua dan keluarga harus mampu mengiringi peran pendidikan formal, sehingga kualitas anak yang terbentuk mampu menjadi sumberdaya tangguh dan unggul. </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga juga merupakan tempat terbentuknya karakter seorang anak yang akan mempengaruhi perannya sebagai individu pada saat dewasa dalam masyarakat. Pola pengasuhan yang ada di dalam keluarga akan sangat mempengaruhi perkembangan individu. Di satu sisi, anak adalah pewaris, penerus dan calon pengemban bangsa. Oleh karena itu,keberhasilan pengasuhan di dalam keluarga akan mempengaruhi masa depan bangsa nantinya. Peran orangtua dan keluarga melalui pengasuhan tidak bisa terlepas dari nilai- nilai sosial budaya yang ada dalam komunitasnya (Wallace dalam Taryati, 1994).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Budaya yang ada dalam suatu komunitas mempunyai peranan penting dalam menyediakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan anak. Pada umumnya orangtua belajar dari budaya setempat tentang peran yang harus dilakukannya dalam mengasuh anak. Oleh karena itu, jika budaya yang ada mengandung seperangkat keyakinan yang dapat melindungi perkembangan anak, maka nilai- nilai pengasuhan yang diperoleh orangtua kemungkinan juga berdampak positif terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, jika ternyata keyakinan yang ada dalam budaya masyarakat setempat justru memperbesar munculnya factor resiko, maka nilai- nilai pengasuhan yang diperoleh orangtua pun akan menyebabkan perkembangan yang negatif pada anak. </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Orangtua harus berperan sebagai </span><span style="font-size: 100%;"><i>buffer</i></span><span style="font-size: 100%;"> antara anak dan lingkungan. Orangtua mengajarkan nilai dari budaya mereka kepada anak dan budaya yang umum berlaku pada masyarakat dan mengajarkan realitas sebagai anggota ras/suku tertentu dan bagaimana mengatasi perbedaan dengan realitas yang ada sehingga memperoleh rasa bangga sebagai suatu suku bangsa bagi perkembangan anak sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;"><span lang="id-ID">Masyarakat Jawa </span></span><span style="font-size: 100%;"><span lang="id-ID">salah satu bagian dari bangsa Indonesia, mempunyai budaya yang khas, termasuk di dalamnya cara pandang dan hal- hal yang terkait dengan anak. </span></span><span style="font-size: 100%;">Budaya ini terus menerus dikembangkan,agar apa yang menjadi cita- cita para leluhur dapat tercapai, yaitu terbentuknya masyarakat Jawa yang berbudaya. Keragaman budaya ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan yang terjadi dalam masyarakat Jawa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Dalam kebudayaan Jawa, orang yang sudah memasuki usia dewasa tidak hanya mempunyai kewajiban untuk mempunyai anak (keturunan), namun juga harus memperhatikan kesejahteraannya, mendidik mereka dengan baik hingga dewasa atau kadang diistilahkan menjadi </span><span style="font-size: 100%;"><i>orang Jawa </i></span><span style="font-size: 100%;">(Mulder, 1985). Tanggungjawab ini termasuk di dalamnya menyediakan bekal- bekal untuk menjalani kehidupan. Proses ini dilakukan sejak sebelum ibu atau orangtua melahirkan anaknya. Dalam menyambut kelahiran anak, orangtua memasuki keadaan </span><span style="font-size: 100%;"><i>prihatin </i></span><span style="font-size: 100%;">. Kedua orangtua, terutama ibunya, akan mengurangi makan dan melakukan pantangan- pantangan lainnya dan mengadakan </span><span style="font-size: 100%;"><i>slametan </i></span><span style="font-size: 100%;"> untuk menjamin kehamilan dan kelahiran yang baik, diantaranya </span><span style="font-size: 100%;"><i>slametan mitoni</i></span><span style="font-size: 100%;"> yang diadakan pada bulan ketujuh kehamilan. Setelah kelahiran pun, diadakan </span><span style="font-size: 100%;"><i>slametan </i></span><span style="font-size: 100%;">lainnya, diantaranya upacara </span><span style="font-size: 100%;"><i>tedhak siti </i></span><span style="font-size: 100%;">, yaitu ritual yang memberikan kesempatan kepada anak untuk “turun ke tanah” atau menapakkan kakinya di atas tanah. Siklus </span><span style="font-size: 100%;"><i>slametan </i></span><span style="font-size: 100%;">tidak hanya berhenti disini, tetapi dirayakan pada semua masa krisis kehidupan sampai masa pernikahan (Depdikbud, 1981).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Aktivitas ritual- ritual tersebut dianggap memiliki arti yang cukup besar dalam perkembangan anak, namun orangtua menyadari bahwa kewajiban utama orangtua adalah menjaga agar anak- anaknya menjadi orang (</span><span style="font-size: 100%;"><i>dadi wong</i></span><span style="font-size: 100%;">), yaitu menjadi anggota yang terhormat dalam masyarakat. Anak yang baru lahir hanyalah satu individu yang memiliki keunikan tersendiri, sehingga harus dididik dengan baik. Selama proses pendidikan, anak dididik agar mengetahui aturan- aturan budaya Jawa. Kesadaran pentingnya kebudayaan ini dinyatakan dalam pandangan bahwa anak- anak </span><span style="font-size: 100%;"><i>durung Jawa</i></span><span style="font-size: 100%;">, yaitu belum menjadi orang Jawa, belum mengetahui aturan kehidupan dan masih dikuasai oleh dorongan naluriah dan emosi- emosinya (Mulder, 1985). Mereka dilatih sedikit demi sedikit untuk menguasai diri mereka sendiri. Mereka harus diisi seabagaimana adanya, dengan aturan – aturan kehidupan dan pengetahuan mengenai kebudayaan mereka (Taryati, 1994). Dengan kata lain orangtua melakukan proses internalisasi kebudayaan berdasarkan tahapan perkembangan anak, sehingga dihasilkan pemahaman yang baik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Proses pengasuhan anak dalam masyarakat Jawa dilakukan sejak kecil. Hal ini tidak jauh berbeda dengan tujuan pengasuhan pada umumnya. Sejak kecil, anak dibuat untuk merasa kerasan dalam lingkungan rumahnya yang hangat, sehingga rasa kepercayaan yang mendalam khususnya kepada ibu tumbuh pada diri anak, karena pada umumnya ibu menjadi pengasuh utama. Selain itu rasa ketergantungan kepada hal- hal yang lain juga mulai tumbuh. Rasa kepercayaan dan ketergantungan ini dapat diperkuat sejalan dengan proses pengenalan dunia luar. </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Beberapa aktivitas dalam praktik pengasuhan yang dilakukan masyarakat Jawa bertujuan untuk menanamkan rasa malu (</span><span style="font-size: 100%;"><i>isin</i></span><span style="font-size: 100%;">), yang diharapkan dapat menjadi suatu sikap yang tertanam dalam diri anak sehingga memiliki kemampuan menguasai diri, sekurang- kurangnya dalam tingkah laku yang bisa dilihat dan rasa itu juga dapat memberi sumbangan kepada perkembangan rasa hormat kepada orang lain dan keinginan untuk menghindari pertikaian dan konfrontasi (Taryati, 1994).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Selain rasa malu, pada anak dalam budaya Jawa, akan berkembang rasa </span><span style="font-size: 100%;"><i>sungkan</i></span><span style="font-size: 100%;"> sebagai pengaruh dari hubungan dengan orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya. Sikap ini berkembang pertama kali dari pertumbuhan hubungan yang segan- segan dengan ayahnya sendiri, yang biasa terjadi pada usia 10 sampai 12 tahun, dengan kecenderungan mencoba menghindarkan diri. Pada saat itu anak diharapkan untuk berbahasa Jawa halus (</span><span style="font-size: 100%;"><i>krama) </i></span><span style="font-size: 100%;">yang resmi untuk berbicara dengan ayah. Sejak saat itu dan seterusnya anak diharapkan untuk mengenal lebih banyak lagi adat-istiadat, tatanan, dan sopan santun yang mengatur hubungan bermasyarakat (Taryati, 1994). Di dalam proses pengenalan aturan- aturan yang ada, anak memerlukan </span><span style="font-size: 100%;"><i>role model</i></span><span style="font-size: 100%;">, dalam hal ini orangtua. Ayah menjadi sosok yang otoriter dan ibu menjadi sosok yang melindungi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Para orangtua Jawa tampak tidak memandang anak- anak mereka secara sangat posesif. Selama dalam asuhannya, anak harus menuruti petunjuk- petunjuknya, tetapi anak mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri. Seringkali anak- anak diberikan kesempatan untuk diasuh saudara dekat yang tidak punya anak atau kepada keluarga dari sanak saudara atau orang lain yang mempunyai sarana lebih baik dan lebih unggul dalam pengalaman dan kebijaksanaan, dimana anak dapat memperoleh manfaat darinya. Kebiasaan ini sering disebut dengan </span><span style="font-size: 100%;"><i>ngenger</i></span><span style="font-size: 100%;">, yang berarti mengabdi pda seorang yang lebih unggul. Sekalipun orang tua mungkin mengetahui bahwa pengabdian ini seringkali tidak menyenangkan bagi anak yang bersangkutan, namun mereka memberikan alasan kepada anak, bahwa anak akan mengalami pendidikan berat. Anak akan mengalami liku- liku kehidupan pada usia muda untuk dapat merasakan kesukaran dan kemudian akan merasakan kesenangan apabila keadaan menjadi lebih baik. Proses pengabdian juga dapat ditemui di lingkungan pondok pesantren Islam tradisional, dimana para murid harus tunduk kepada guru (</span><span style="font-size: 100%;"><i>kiai</i></span><span style="font-size: 100%;">). </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Seorang guru, orangtua, dan terutama ayah harus menjadi obyek penghormatan (</span><span style="font-size: 100%;"><i>jimat pepundhen</i></span><span style="font-size: 100%;">), dihormati dan dimuliakan karena pengayoman yang diberikan (Mulder, 1985). Di bawah pengayoman inilah anak akan mengembangkan diri hingga menjadi pribadi yang tidak tergantung orang lain. Hal inilah yang menjadi tujuan utama pendidikan Jawa dan kekhawatiran orangtua berakhir ketika anak menikah dan berusaha melanjutkan kehidupan dengan membangun keluarga sendiri. Pernikahan menandai berkahirnya tugas orangtua. Pada masa lalu, orangtua berperan dalam proses pernikahan diatur agar mendapat pasangan yang cocok bagi anak- anak mereka. Hal ini sudah mulai saat ini, namun demikian, persetujuan orangtua terhadap pernikahan anak menjadi hal yang diutamakan, sehingga dengan adanya restu dari orangtua anak- anak akan berharap suatu eksistensi yang </span><span style="font-size: 100%;"><i>slamet</i></span><span style="font-size: 100%;">. Kepuasan orangtua muncul ketika anak- anak patuh terhadap keinginan dan petunjuknya. Mereka juga berharap agar anak- anak mendapatkan jodoh yang serasi dan juga dihormati serta memperoleh sukses dalam hidup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;">Secara umum nilai- nilai budaya Jawa yang menjadi pedoman masyarakat Jawa dalam proses pengasuhan anak memiliki makna bahwa anak merupakan titipan Tuhan yang harus dididik dengan baik agar mengetahui aturan- aturan budaya Jawa serta memiliki kepribadian yang baik. Aspek- aspek yang menjadi perhatian dalam proses internalisasi budaya dalam proses pengasuhan masyarakat Jawa meliputi pembinaan nilai keagamaan, tata karma (sopan santun), ketaatan kepada orangtua, disiplin dan tanggung jawab, dan kemandirian. </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 100%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;"><b>DAFTAR PUSTAKA</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.31in; text-align: justify; text-indent: -0.31in;">
<span style="font-size: 100%;">Depdikbud.1981. </span><span style="font-size: 100%;"><i>Upacara Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta</i></span><span style="font-size: 100%;">. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.31in; text-align: justify; text-indent: -0.31in;">
<span style="font-size: 100%;">Mulder, Niels. 1985</span><span style="font-size: 100%;"><i>. Pribadi</i></span><span style="font-size: 100%;"> </span><span style="font-size: 100%;"><i>dan Masyarakat di Jawa</i></span><span style="font-size: 100%;">. Jakarta : Penerbit Sinar Harapan. </span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.31in; text-align: justify; text-indent: -0.31in;">
<span style="font-size: 100%;">Rostiyati, dkk. 1994. </span><span style="font-size: 100%;"><i>Fungsi Upacara Tradisional bagi Masyarakat Pendukungnya Masa Kini</i></span><span style="font-size: 100%;">. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: georgia; line-height: 100%; margin-bottom: 0in; margin-left: 0.31in; text-align: justify; text-indent: -0.31in;">
<span style="font-size: 100%;">Taryati, dkk. 1994. </span><span style="font-size: 100%;"><i>Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta</i></span><span style="font-size: 100%;">. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.</span></div>
Anonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-81200473696103424532008-10-22T13:18:00.004+07:002011-03-25T21:16:36.076+07:00BERLIBUR UNTUK SEMENTARA WAKTUpermohonan maaf sebesar- besarnya kepada seluruh pembaca blog ini. dengan berbagai pertimbangan, maka diputuskan untuk berlibur sementara waktu dari dunia blogging.mudah- mudahan dapat aktif kembali secepatnya dengan berbagai perubahan yang lebih baik.tapi bagi yang masih ingin korespondensi silahkan kirim email ke riff_ass@yahoo.com<br />terima kasihAnonymousnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-88051424263485011952008-09-25T17:08:00.000+07:002013-03-28T17:08:58.381+07:00Permasalahan yang Terjadi pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita<i>Oleh: Christin Haryati, Dhina Permatasari, Hidayat Syarifuddin, dan Indri Heryanti Putri </i><b> </b><br />
<br />
<b>Pendahuluan</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Akhir-akhir ini keluarga sering menjadi sorotan. Setiap hari media baik cetak maupun elektronik menyajikan berita-berita seputar keluarga. Namun yang membuat kita semua miris adalah berita-berita yang disajikan tersebut hampir seluruhnya menyajikan tentang bagimana setiap harinya keluarga mulai mengalami perubahan fungsi kearah kemunduran yang sangat drastis. Mulai dari berita tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan yang dilakukan antar anggota keluarga, ibu yang membunuh anaknya karena frustasi dengan tekanan ekonomi yang dialami, anak yang menyakiti bahkan membunuh orang tua karena emosi ataupun masalah uang / warisan, maraknya penjualan anak, kekerasan pada anak, pengeksploitasian terhadap anak dibawah umur untuk bekerja, perbudakan pada anak, kasus aborsi dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua itu merupakan pertanda kian memburukanya peran dan fungsi keluarga dalam mendidik anggota keluarganya dan ini merupakan salah satu dampak dari ketidaksiapan bangsa ini dalam menghadapi era globalisasi yang kian cepat berubah.<br />Dengan adanya era globalisasi, bangsa ini mengalami perubahan juga. Bangsa ini tidak lagi menjadi bangsa yang gemar bergotong royong dan bekerjasama dalam menghadapi suatu permasalahan, namun telah berubah menjadi bangsa yang individualistik, egois dan materialistik. Sementara itu jumlah rakyat miskin dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Di sisi lain biaya hidup saat ini semakin melonjak dan biaya terhadap akses pendidikan, kesehatan, informasi dan lain sebagianya juga semakin meningkat, sehingga perlahan-lahan fungsi keluarga mengalami perubahan terutama dalam hal fungsi eonomi dan peran para anggota keluarga. Para orang kaya sibuk untuk menginvestasikan uangnya dan orang-orang yang tidak mampu disibukkan dengan persoalan untuk mempertahankan hidup, sehingga nilai-nilai keluarga perlahan-lahan semakin memudar digantikan oleh nilai-nilai materilaistik dan egoisme untuk mendapatkan uang.<br /><br />Tenaga kerja wanita merupakan salah satu fenomena akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada keluarga. Pada saat ini tugas mencari nafkah tidak lagi menjadi tugas kepala keluarga atau suami, tetapi sudah menjadi tugas siapa saja yang menjadi anggota keuarga. Tidak peduli baik laki-laki atau perempuan, orang dewasa atau anak-anak, asalkan dapat menghasilkan uang untuk sekedar bertahan hidup maka semua pun dapat menjadi pencari nafkah dala keluarga. Perubahan-perubahan ini yang mendorong berubahnya keberfungsian keluarga dan juga peran-peran para anggota keluarga serta menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga.<br /><br /><b>Faktor-faktor yang menyebabkan maraknya perempuan-perempuan di desa-desa menjadi TKW</b><br />Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Para perempuan di desa-desa sepertinya semakin banyak saja yang tertarik dan tergiur untuk menjadi tenaga kerja wanita Indonesia ke luar negeri. Walaupun banyak diberitakan kasus-kasus yang menimpa TKW Indonesia di luar negri, mulai dari kasus penganiayaan, pelecehan seksual, hingga terjerat hukum dan dipidana mati. Namun sepertinya menjadi TKW justru semakin menjadi trendsetter di desa-desa yang banyak menarik minat para perempuan mulai dari para gadis hingga wanita yang sudah berkeluarga. Sepertinya kasus-kasus yang benyak menimpa para TKW yang telah lebih dahulu ke luar negri masih dikalahkan oleh cerita-cerita para TKW yang sukses dan membawa pulang banyak uang ke desanya bahkan telah merubah tingkat ekonomi keluraganya dan juga desanya.<br />Berikut ini akan ditunjukkan data mengenai penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) legal di luar negara :<br /><br /><br />Faktor-faktor yang menyebakan semakin maraknya para perempuan didesa-desa menjadi TKW diantaranya yaitu :<br />Kemiskinan </div>
<div style="text-align: justify;">
Kemiskinan saat ini sepertinya sudah menjadi masalah yang krusial di negeri ini. Masalah kemiskinan ini semakin bertambah tiap harinya dan yang paling mendominasi adalah semakin meningkatnya masalah kriminalitas yang sudah menjadi bahan pemberitaan yang sudah tidak asing lagi. Selain meningkatnya persoalan kriminalitas, yang marak terjadi akhir-akhir ini adalah fenomena menjadi Tenaga kerja Indonesia keluar negri dan ini didominasi oleh perempuan. Biaya hidup yang tinggi, himpitan masalah ekonomi, ketimpangan yang terjadi antara orang miskin dan orang kaya membuat saat ini para perempuan marak untuk ikut terjun dalam mencari nafkah. Bahkan tidak jarang justru para perempuan inilah yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perbedaan Pendapatan <br />Selain masalah kemiskinan yang menimpa dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan saat ini, masalah perbedaan pendapatan juga menjadi minat tersendiri para perempuan di desa-desa untuk menjadi TKW. Perbedaan pendapatan yang cukup tinggi antara di dalam negri dan di luar negeri ini membuat para perempuan-perempuan di desa-desa berbondong-bondong untuk mencari lapangan pekerjaan hingga ke luar negeri, walaupun untuk menjadi TKW itu sendiri tidak jarang harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi sepertinya mereka berfikir itu merupakan modal awal dan nantinya setelah mereka bekerja di luar negeri maka modal tersebut dengan sendirinya akan kembali dari hasil gaji mereka yag bahkan mungkin melebihi biaya yang mereka keluarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kurangnya Lapangan Pekerjaan<br />Semenjak beberapa tahun lalu masalah pengangguran juga menjadi masalah yang cukup krusial di Negara ini. Seperti diketahui bersama masalah pengangguran ini terjadi akibat berubahanya pola hidup masyarakat sehingga banyak orang yang pindah dari bertani menjadi karyawan ataupun buruh pabrik yang dianggap lebih menjanjikan dan lebih bagus dibandingkan dengan menjadi petani, sehingga angka kebutuhan kerja semakin meningkat. Sementara itu hal tersebut tidak diimbangi dengan meningkatnya jumlah lapangan pekerjaan dan hal inilah yang juga mendorong para tenaga kerja di Indonesia berbondong-bondong menjadi tenaga kerja di luar negeri, terutama para tenaga kerja wanita yang setiap tahunnya kian meningkat, sehingga perlahan-lahan hal ini mulai menyebabkan terjadinya pergeseran-pergesern nilai-nilai budaya dan keluarga di Indonesia khususnya di pedesaan.<br /><br /><b>Dampak-dampak yang terjadi bagi keluarga</b><br />1. Berubahnya fungsi keluarga dan peran anggota keluarga<br />Dengan maraknya perempuan yang menjadi TKW ke luar negri, maka dengan sendirinya hal ini perlahan- lahan akan merubah fungsi keluarga dan peran dari para anggota keluarga yang bersangkutan. Para perempuan yang biasanya mengerjakan tugas rumah tangga dan mengasuh anak, karena harus bekerja ke luar negri, maka tugas tersebut akan beralih dikerjakan oleh suami ataupun dari wanita yang bersangkutan. Tugas mencari nafkah yang semula dilakukan oleh suami, akan berubah menjadi tugas suami dan istri atau bahkan diambil alih oleh istri sehingga peran istri banyak diambil alih oleh suami.<br />Selain itu, dengan bertukarnya peran tersebut dan juga ketiadaan ibu di rumah, maka akan membuat anak kekurangan kasih sayang seorang ibu. Anak juga akan kehilangan role model dari ibu sehingga berbeda dengan anak yang diasuh oleh kedua orangtuanya.<br />2. Banyaknya anak-anak tanpa ayah<br />Permasalahan tenaga kerja wanita di Indonesia terbilang sangat kompleks, salah satunya adalah masalah pelecehan seksual yang sering dialami. Selain masalah ini, ada juga TKW yang ditipu dan dijual menjadi PSK, dan semua itu berakibat banyak anak- anak yang dilahirkan tanpa ayah dan mereka umumnya dirawat oleh kakek dan neneknya, sementara sang ibu pergi bekerja lagi ke luar negri.<br />3. Terjadi perselingkuhan<br />Fenomena yang marak terjadi akibat maraknya perempuan di desa- desa yang menjadi TKW adalah terjadinya perselingkuhan yang umumnya dilakukan oleh para suami- suami yang berstatus sebagai duda sementara. Tidak jarang para suami ini justru menggunakan uang yang dikirim oleh istrinya untuk bersenang- senang dan perselingkuh dengan wanita lain, bahkan tidak jarang pula sang anak terlantar dan uang yang seharusnya digunakan untuk keperluan anak tidak digunakan semestinya.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Permasalahan TKW di Luar Negri</b><br />Derita yang dialami TKW tidak saja terjadi di negeri tempat mereka bekerja, namun kekerasan demi kekerasan baik disadari maupun tidak disadari diterima TKW sejak mereka dalam proses pemberangkatan hingga proses pemulangan. Proses kekerasan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:<br />Percaloan<br />Dalam proses pemberangkatan tidak jarang TKW tidak mendapatkan informasi yang cukup, mengalami penipuan dengan janji pekerjaan dengan upah yang besar dari para calo yang datang ke kampungnya. Calon TKW sudah mencari utang sana sini dan menjual sawah untuk membayar biaya pemberangkatannya. Namun setelah uang diserahkan kepada sang calo, calon TKW tak kunjung berangkat, bahkan si calo tak pernah muncul batang hidungnya lagi. Biaya penempatan TKI juga sangat beragam antar perusahaan dengan pola yang sangat tidak beraturan.<br />Penampungan<br />Selama ini calon TKW hanya ditampung di tempat penampungan dengan fasilitas yang sangat memprihatinkan hingga berbulan-bulan. Karena tidak tahan hidup di penampungan yang bagai penjara, tidak diperkenankan berkomunikasi dengan keluarga atau orang-orang yang berada di luar penampungan, mendorong beberapa calon TKW nekat melarikan diri dengan penuh resiko dianiaya petugas apabila ketahuan<br />Tindakan nekat calon TKW tersebut dilakukan karena telah berbulan-bulan hidup di penampungan tanpa kepastian berangkat. Mereka tidak bisa mengundurkan diri karena mereka telah dipaksa atau diperdaya agar mau menandatangani surat perjanjian membayar denda dan mengganti biaya hidup selama di penampungan dan uang administrasi yang telah dikeluarkan oleh pihak penyelenggara (meskipun biaya tersebut pasti didramatisir), apabila calon TKW tersebut mengundurkan diri atau membatalkan keberangkatan dengan alasan apapun.<br />Penempatan Kerja<br />Kebanyakan TKW tidak ditempatkan seperti yang dijanjikan sebelumnya. Misalnya, dijanjikan akan dipekerjakan di pabrik justru dijadikan pekerja rumah tangga dan yang lebih parah diperdagangkan sebagai perempuan penghibur atau pekerja seks komersial (PSK). Tahun 2004, 80 persen TKW yang tinggal di penampungan KBRI Kuala Lumpur (Malaysia) adalah pekerja seks komersil yang dijual oleh calo dan agen perdagangan perempuan dan anak-anak. Kondisi TKW korban PSK ini sangat memprihatinkan Mereka menderita sakit kelamin karena tidak memperoleh pemeriksaan kesehatan secara intensif padahal ketika menjadi PSK mereka harus melayani rata-rata tiga belas orang per hari tanpa digaji sepeser pun (Tempo Interaktif, 12 Juli 2004).<br />Tidak Digaji<br />Banyak terjadi TKW tidak dibayar oleh majikan mereka dengan alasan akan disimpan dan diberikan ketika TKW habis masa kerja dan hendak pulang. Namun gaji yang tersimpan tersebut tidak diterima TKW dengan berbagai alasan. Dalam periode Januari-April 2004, sebanyak 13.667 TKI bermasalah tiba di tanah air melalui Bandara Soekarno-Hatta. Biasanya mereka tidak digaji atau menerima perlakuan tidak senonoh dari majikan (Kompas, 20 Juli 2004).<br />Penahanan Dokumen<br />Dengan ditahannya dokumen mereka, para TKW tersebut tidak mempunyai kekuatan legalitas jika mendapatkan masalah di tempat mereka bekerja. Alhasil ketika seorang TKW berpindah pekerjaan atau melarikan diri dari tempat bekerja semula, TKW tersebut yang semula berstatus TKW berdokumen menjadi dianggap tidak berdokumen, bahkan disebut dengan TKW ilegal. Makin lemahlah posisi tawar mereka. KBRI setempat pun biasanya kurang memberikan tanggapan yang memuaskan apabila yang datang mengadu adalah TKW yang tidak berdokumen dengan alasan tidak terdaftar dalam administrasinya. TKW yang seperti ini harus kejarkejaran dengan aparat setempat. Hendak pulang tidak mungkin kecuali melalui jalan tikus yang penuh resiko baik medannya maupun razia yang sewaktu-waktu ada. Tetapi untuk mendapatkan dokumen baru mereka harus mengeluarkan biaya yang sangat besar padahal banyak dari mereka yang tidak memegang uang sepeser pun karena gajinya masih ditahan majikan. Dalam kondisi ini, biasanya mereka bekerja seadanya untuk mendapatkan uang guna biaya pulang ke tanah air.<br />Penganiayaan<br />Normawati dari Kopbumi10 mengatakan bahwa dalam Januari 2004 saja paling tidak ada 80 orang TKW yang terpaksa dirawat di Rumah Sakit Polri karena mendapat perlakuan yang tidak manusiawi selama bekerja di luar negeri. Jumlah ini belum termasuk yang dipulangkan secara paksa tanpa sepengetahuan petugas (Pikiran Rakyat, 30 Januari 2004).<br />Meninggal Dunia<br />Hingga Mei 2004, tercatat 20 orang TKW meninggal dunia, yang dilaporkan karena sakit dan kecelakaan lalu lintas (Kompas, 24 Juni 2004), namun hal ini juga masih diragukan kebenarannya, karena adanya ketidakjelasan terkait asuransi kecelakaan.<br />Perkosaan<br />TKW sangat rentan terhadap tindak perkosaan baik oleh petugas di penampungan tempat mereka tinggal sebelum diberangkatkan; oleh majikan tempat dia tinggal selama bekerja atau oleh orang- orang yang mereka temui di luar tempat ia tinggal seperti selama mereka beraktivitas di luar rumah atau dalam perjalanan pulang ke tanah air. Mereka pulang dengan tidak terhormat, mereka pulang dengan menanggung aib seumur hidup.<br />Jeratan Hukum<br />Selain perjalanan derita tersebut di atas, sepanjang tahun 2004 ini kita juga tidak asing dengan berita bahwa satu per satu TKW Indonesia terjerat hukum bahkan ada yang tervonis mati. Sebut saja Sundari (Magetan), Poerwanti (Boyolali) dan Sulastri (Brebes) adalah sebagian dari mereka yang harus menerima vonis hukuman penjara seumur hidup dengan tuduhan menganiaya hingga membunuh majikannya. Berita terakhir adalah divonisnya Herlina (Surabaya) dengan hukuman mati. Dalam hal ini, dengan alasan teritorial hukum yang berbeda, pemerintah masih terlihat belum maksimal dalam melakukan diplomasi politik apalagi memberikan pembelaan hukum bagi TKW tervonis tersebut.<br />Pendeportasian<br />Kasus terakhir yang juga berkaitan dengan legalitas hukum adalah terjadinya pemulangan paksa tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Rencananya pemerintah Malaysia akan mendeportasi 700.000 orang tenaga kerja Indonesia tetapi menurut data Kopbumi, TKI yang akan dideportasi berjumlah 928.000 orang. Kopbumi mencatat selama Juli- Agustus 2004 ada 12.000 Tenaga Kerja Indonesia sudah dipulangkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta maupun Tanjung Perak Surabaya (Memorandum, 25 Agustus 2004).<br />Diskriminasi<br />Ketika menemui derita di negeri orang, pulang ke tanah air adalah harapan para TKW. Bahkan mereka yang sukses di sana pun tetap mengimpikan kembali ke tanah air. Sangat disayangkan bahwa keinginan mereka untuk kembali ke kampung halaman dan segera berkumpul dengan keluarga masih saja dihadapkan pada berbagai rintangan, seperti perlakuan diskriminasi, penipuan, perampasan hingga kekerasan seksual.<br />Posisi Tawar yang Lemah<br />Kekerasan demi kekerasan dihadapi TKW baik sebelum berangkat hingga tiba lagi di tanah air, setelah mengadu nasib di negeri orang. Pelanggaran hak asasi manusia para TKW Indonesia ini disebabkan antara lain pertama, rendahnya posisi tawar TKW karena karakter mereka yang sebagian besar berpendidikan rendah, kurang pengalaman dan keterampilan serta minimnya informasi yang didapat; kedua, munculnya banyak perusahaan pengerah tenaga kerja ke luar negeri yang kurang profesional sehingga tidak melaksanakan mekanisme pemberangkatan maupun perlindungan bagi TKW selama kerja sesuai dengan standar kelayakan dan yang ketiga adalah tidak adanya standar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan mekanisme dan biaya yang harus dikenakan kepada para TKW.<br />Posisi tawar TKW semakin rendah ketika tidak memiliki dokumen resmi, bahkan saat mereka tersandung masalah, minim bagi mereka menuntut perlindungan. Dalam semua kebijakan negara pun disebutkan bahwa yang didefinisikan sebagai tenaga kerja Indonesia adalah dengan syarat berdokumen sesuai yang telah ditetapkan oleh negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><b>Solusi-solusi yang dapat dilakukan bagi permasalahan TKW</b><br />Bagi pemerintah<br />· Menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi masyarakat.<br />· Memberdayakan masyarakat dengan memberikan keterampilan khusus.<br />· Membekali para calon-calon TKW dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup<br />· Membuat kebijakan-kebijakan yang memperkuat posisi tawar TKW.<br />Bagi Para TKW<br />· Mencari informasi tentang hak dan kewajiban dia sebagai pekerja, informasi tentang deskripsi kerja serta kondisi umum negara tujuan.<br />· Menjalani semua proses persiapan pemberangkatan.<br />· Mempelajari dengan cermat surat kontrak kerja sebelum menandatanganinya.<br />· Menghindari penyelenggara penempatan tenaga kerja ke luar negeri yang bersifat individual.<br />· Mencari dan memilih penyelenggara yang telah diakreditasi pemerintah sehingga mempermudah pertanggungjawabannya apabila terjadi masalah.<br />· Mempersiapkan diri dengan keterampilan yang cukup sebelum berangkat ke luar negri<br /><b><br />Penutup</b><br />Fenomena tenaga kerja Indonesia ke luar negeri yang 90 % di antaranya adalah perempuan yang didasari oleh berbagai faktor antara lain kemiskinan, menurunnya lapangan pekerjaan dan perbedaan pendapatan.<br /><br />Tenaga kerja Indonesia ke luar negeri menghasilkan devisa bagi negara dalam jumlah yang tidak sedikit, menjadi satu alternatif lapangan kerja meskipun bukan solusi pengentasan pengangguran, dan memberikan pengalaman dan keterampilan bagi para perempuan yang dulunya tidak tahu apa-apa bahkan bisa meningkatkan taraf hidup mereka. Di sisi lain, akibat prosedur dan mekanisme yang belum jelas dan tidak tertata, banyak permasalahan yang dihadapi para TKW hingga kini. Permasalahan TKW juga mempunyai dampak terhadap kehidupan keluarga.<br /><br />Sebagai pihak yang mempunyai kewajiban terhadap kehidupan warga negaranya, seharusnya negara atau pemerintah bertanggung jawab atas segala permasalahan yang menimpa para tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Bahkan dalam UUD 45 disebutkan, bahwa warga negara berhak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan hak ini wajib dipenuhi oleh negara melalui suatu rancang bangun sistem lapangan kerja di Indonesia.<br /><br /><br /></div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-6893586825321026052008-08-08T15:32:00.000+07:002013-03-28T15:34:23.590+07:00Memahami Kemiskinan Secara Multidimensioal<div style="text-align: justify;">
<i>oleh : Anne Maria Juanda, Eva Octaviani dan Hidayat Syarifuddin</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENDAHULUAN </b><br />
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.<br />
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.<br />
Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan, terutama pada masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya hidup dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyak memberi bantuan kepada negara-negara lain. Namun, di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari jumlah penduduknya tergolong miskin.<br />
Kemiskinan juga masih menjadi isu sentral di Indonesia. Angka kemiskinan yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun sepertinya belum pernah berkurang begitu banyak. Malah belakangan ini angka tersebut semakin besar karena begitu dahsyatnya pengaruh krisis moneter yang berimbas pada krisis ekonomi. Laju inflasi yang semakin besar dan tidak sesaat menjadi pelengkap keterpurukan warga masyarakat. Berdasarkan laporan BPS, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2006 sudah mencapai 39,05 juta (17,75 persen). Jumlah yang tidak sedikit.<br />
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam penanganan masalah kemiskinan di Indonesia. Namun usaha tersebut dirasa belum membuahkan hasil yang signifikan. Banyak pengamat berpendapat bahwa penanggulangan kemiskinan memiliki beberapa kekeliruan diantaranya: pertama, penganggulangan saat ini masih berorientasi pada aspek ekonomi daripada aspek multidimensional seperti dalam konteks budaya dan konteks dimensi struktural atau politik. Kedua, lebih bernuansa karitatif (kemurahan hati) daripada produktivitas, sehingga masyarakat miskin akan selalu menggantungkan diri pada bantuan yang diberikan pihak lain. Ketiga, memposisikan masyarakat miskin sebagai objek daripada subjek. Keempat, pemerintah masih sebagai penguasa daripada fasilitator, pemerintah masih bertindak sebagai penguasa yang kerapkali turut campur tangan terlalu luas dalam kehidupan orang-orang miskin. Menelaah kemiskinan secara multidimensional sangat diperlukan untuk merumuskan kebijakan pengentasan kemiskinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>GAMBARAN UMUM KEMISKINAN DI INDONESIA</b><br />
Indonesia masih menghadapi masalah kemisknan yang antara lain ditandai oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan dan rentan jatuh ke bawah garis kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di tahun 1970 berjumlah 70 juta jiwa (60%) turun menjadi 22 juta jiwa (11%) pada tahun 1997, tetapi meningkat pesat menjadi 80 juta jiwa (naik sekitar 400%) pada tahun 1998 ketika krisis ekonomi Indonesia (Tabel 1).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxEPk-LR4S0blw5M8-L6Dn0fU60j8-gVuDbpCtV6FdrsLfaCF_Xgb7Pa1OFkBtSsznKDQRn9tsE42OKWYN6y_65l19DwWeEI6lZejAFE5ozTgFU9OHJWzGbD424eP2gSB1sjGw1Q/s1600/Miskin.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxEPk-LR4S0blw5M8-L6Dn0fU60j8-gVuDbpCtV6FdrsLfaCF_Xgb7Pa1OFkBtSsznKDQRn9tsE42OKWYN6y_65l19DwWeEI6lZejAFE5ozTgFU9OHJWzGbD424eP2gSB1sjGw1Q/s400/Miskin.png" width="341" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah kemiskinan di Indonesia juga ditandai oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,962, dimana diantara beberapa negara ASEAN masih lebih rendah dari Malaysia dan Thailand. Sementara itu, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,178 masih lebih tinggi dari Philipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya (Herawati, 2007).<br />
Meskipun proporsi penduduk miskin secara rasional mengalami penurunan, namun masih terjadi kesenjangan antardaerah dalam pembangunan manusia (IPM) dan pemenuhan terhadap beberapa hak dasar (IKM).Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi di perkotaan. Data Susenas (National Socio Economic Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 persen penduduk di pedesaan termasuk miskin, dan sebagian besar bekerja di sektor pertanian(Herawati, 2007)..<br />
Selain itu, tantangan lainnya adalah kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka Indeks Pembangunan Gender (GDI) dan angka Indeks Pemberdayaan Gender (GEM) (Herawati, 2007).<br />
Kondisi lain adalah otonomi daerah yang berdampak pada meningkatnya peran pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan, sehingga peran pemerintah sangat penting untuk keberhasilan penaggulangan kemiskinan secara nasional terutama dalam hal mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>KONSEP KEMISKINAN</b><br />
Williamson dalam Adianti (2005) mengatakan bahwa penduduk tanpa sumberdaya ekonomi untuk hidup dengan standar kehidupan yang layak disebut sebagai orang miskin. Aluko dalam Adianti (2005) menyatakan bahwa kemiskinan sebagai kekurangan dari konsumsi kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan kata lain adalah kekurangan dalam konsumsi makanan, pakaian, atau tempat tinggal. Kemiskinan juga didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mendapatkan standar kehidupan minimum.<br />
Chambers (dalam Nasikun, 2001) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu : 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, ketentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Ditinjau dari indikatornya konsep kemisikinan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kemiskinan absolute, kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif (Aprinova, 2006).<br />
Pertama, kemiskinan absolut adalah keadaan miskin yang diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi kebutuhan pokonya, seperti untuk makan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Penentuan kemiskinan absolute ini biasanya diukur melalui ‘batas kemiskinan’ atau ‘ garis kemiskinan’ (poverty line) baik yang berupa indikator tunggal maupun komposit, seperti nutrisi, kalori, beras, pendapatan, pengeluaran, kebutuhan dasar, atau kombinasi beberapa indikator.<br />
Kedua, kemiskinan relatif adalah keadaan miskin yang dialami individu atau kelompok, yang dibandingkan dengan ‘kondisi umum’ suatu masyarakat atau kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. <br />
Ketiga, kemiskinan subyektif adalah kemiskinan yang dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri mengenai kondisi social-ekonominya. Konsep kemiskinan ini tidak mengenal batas garis kemiskinan, dan tidak memperhitungkan penghasilan rata-rata penduduk. Orang yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganggap dirinya miskin, demikian pula sebaliknya. Begitu juga dengan orang yang menurut perasaan kita tergolong hidup dalam kondisi tidak layak, bisa jadi tidak merasa dirinya demikian, begitu pula sebaliknya.<br />
Ditinjau dari sumber penyebabnya kemiskinan dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan structural. Kemiskinan cultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh sikap, gaya hidup, nilai, orientasi social budaya seseorang atau masyarakat yang tidak sejalan dengan etos kemajuan (masyarakat modern). Sikap malas, tidak memiliki kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), fatalis, berorientasi ke masa lalu, tidak memiliki jiwa wirausaha adalah karakteristik yang umumnya dianggap sebagai cirri-ciri kemiskinan kultural.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemiskinan structural adalah kemiskinan yang disebabkan karena struktur masyarakat yang tidak seimbang, baik dalam pemilikan ataupun pengelolaan sumberdaya, ketidakmerataan kesempatan berusaha, ketidaksamaan informasi atau akses terhadap sumberdaya, ataupun karena adanya kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada mereka. Kemiskinan struktural dapat pula disebabkan karena kondisi geografis yang terisolir.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin yaitu: 1) rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan, 2) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, 3) kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sector informal), setengah menganggur (tidak bekerja), 4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area), dan 5) kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup): bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan social lainnya (Salim, 1980).</div>
<div style="text-align: justify;">
Strategi untuk mengatasi kemiskinan tidak lepas daru strategi pembangunan yang dianut suatu Negara. Program-program yang telah dilakukan untuk memerangi kemiskinan seringkali tidak memberikan hasil yang menggembirakan karena adanya perangkap kemiskinan (poverty trap) yang tidak berujung pangkal.</div>
<div style="text-align: center;">
Skema 1. Perangkap Kemiskinan (poverty trap)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWNFA4kSiWJpcVGbErUyblghhIgkv6wRhcXNQ66uZonbWHPoABrsclz3vaYHe0AR99di9GUVA4ecrURCqMHyVtEpuTouRwH51v3jb6elNtjNytHGppmQ5iGW5GEB-htfrBW597lg/s1600/Poverty.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWNFA4kSiWJpcVGbErUyblghhIgkv6wRhcXNQ66uZonbWHPoABrsclz3vaYHe0AR99di9GUVA4ecrURCqMHyVtEpuTouRwH51v3jb6elNtjNytHGppmQ5iGW5GEB-htfrBW597lg/s640/Poverty.png" width="640" /></a></b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENYEBAB KEMISKINAN</b><br />
Penyebab kemiskinan itu sendiri tidak hanya karena satu faktor tetapi merupakan kombinasi dari banyak faktor. Ajakaiye dan Adejeye dalam Adianti (2005) yang melakukan penelitian di negara-negara berkembang menyatakan bahwa secara makro penyebab kemiskinan adalah:<br />
a. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang rendah<br />
Pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk mengurangi kemiskinan. Di beberapa berkembang, pertumbuhan menghasilkan kesempatan kerja dan diharapkan dengan berbasis ekspor diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sehingga kemiskinan dapat dikurangi melalui pemerataan. Faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemiskinan di suatu negara, perubahan permintaan pasar dunia terhadap barang ekspor suatu negara akan mempengaruhi pertumbuhan di negara tersebut sehingga akan berdampak pula pada kemiskinan di negara itu.<br />
b. Kegagalan kebijakan dan goncangan makroekonomi<br />
Banyak perekonomian di dunia yang menghadapi ketidakseimbangan makroekonomi, umumnya dalam neraca pembayaran karena kebijakan perluasan permintaan agregat, guncangan neraca perdagangan, dan bencana alam. Guncangan makroekonomi dan kegagalan kebijakan berdampak pada peningkatan kemiskinan, karena kondisi ini memberikan kendala bagi orang miskin untuk menggunakan asset terbesarnya yaitu tenaga kerja.<br />
Kemiskinan di perkotaan sebagai hasil dari kebijakan adalah mudahnya kehilangan pekerjaan karena pemutusan hubungan kerja (PHK) di sector public atau karena penurunan pertumbuhan sector industry.<br />
c. Pasar tenaga kerja yang kurang bergairah<br />
Sumberdaya yang berlimpah di penduduk miskin adalah tenaga kerja, oleh karena itu pasar tenaga kerja sangat penting untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Pasar tenaga kerja yang kurang bergairah dapat mempengaruhi orang miskin melalui pertumbuhan kesempatan kerja dan kapasitas tenaga kerja di sector informal yang terbatas.<br />
d. Migrasi<br />
Tingkat migrasi dapat mengurangi kemiskinan khususnya ketika sebagian besar migrant adalah pekerja yang mempunyai keterampilan. Di suatu sisi, migran berpindah untuk mengisi pekerjaan di pasar kerja, sehingga ketrampilan akan mengalir melalui migrasi. Hal ini akan mengurangi laju pertumbuhan ekonomi dan menurunkan proses penciptaan lapangan pekerjaan secara keseluruhan dan juga mempengaruhi pada pembangunan jangka panjang suatu negara.<br />
e. Pengangguran dan setengah menganggur<br />
Pekerjaan adalah kunci faktor dari kemiskinan, pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan dapat digunakan untuk keluar dari kemiskinan pendapatan (income poverty). Penduduk miskin berhadapan dengan masalah pengangguran structural karena kekurangan keterampilan atau rendahnya tingkat pendidikan. Setengah pengangguran terjadi secara luas di sector informal dan menghasilkan pendapatan yang rendah. Pengangguran lebih disebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dibandingkan dengan pengaruh langsung dari pasar tenaga kerja yang tidak sempurna, meskipun peraturan di pasar tenaga kerja mempengaruhi sector formal yang sepertinya mendorong lebih banyak setengah pengangguran di sector informal.<br />
f. Pengembangan sumberdaya manusia<br />
Pengembangan kemampuan dan modal manusia dapat memberikan jalan keluar dari kemiskinan. Investasi pada manusia dapat meningkatkan standar hidup dari rumahtangga dengan memperluas kesempatan, meningkatkan produktivitas, menarik investasi capital, dan meningkatkan kemampuan untuk mencari nafkah.<br />
Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki, yaitu :<br />
a. Natural assets : seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata pencahariannya.<br />
b. Human assets : menyangkut kualitas sumberdaya manusia yang relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi).<br />
c. Physical assets : minimnya akses infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan jalan, listrik, dan komunikasi pedesaan.<br />
d. Financial assets : berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal usaha.<br />
e. Social assets : berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik (Nasikun, 2001).<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KEMISKINAN DALAM DIMENSI EKONOMI </b><br />
Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang, baik secara finansial maupun semua jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dikategorikan miskin jika seseorang atau keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok minimnya, seperti : sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. <br />
Kemiskinan dalam dimensi ekonomi paling mudah untuk diamati, diukur, dan diperbandingkan. Ada beberapa metode pengukuran tingkat kemiskinan di Indonesia, yaitu :<br />
a. Biro Pusat Statistik (BPS)<br />
BPS menetapkan garis kemiskinan didasarkan pada besarnya jumlah pengeluaran pangan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari dan pengeluaran nonpangan pada keluarga. Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk.<br />
b. Sayogyo<br />
Tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumahtangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan.<br />
c. Bank Dunia<br />
Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari.<br />
d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)<br />
Mengidentifikasi keluarga miskin berdasarkan indikator kualitatif antara lain : makan<2 kali per hari, sebagian besar lantai dari tanah, tidak mempunyai pakaian yang berbeda untuk beragam aktivitas, makan daging/telur minimal sekali per minggu, membeli baju minimal sekali per tahun dan luas lantai rumah rata-rata <8 m2 per orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penetapan pengukuran dan kriteria kemiskinan secara nasional sangat sulit. Masih diperlukan kajian yang dapat mengakomodasikan permasalahan kemiskinan yang kompleks baik dari segi ekonomi, budaya, sosial, psikologik, dan geografik yang sangat bervariasi di Indonesia.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KEMISKINAN DALAM DIMENSI KESEHATAN</b><br />
Banyak data dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila di lingkungan mereka tingkat kematian bayi tinggi. Berbagai macam penyakit mengancan mereka akibat lemahnya daya resistensi dan imunitas yang merupakan akibat rendahnya status gizi (Hardinsyah, 2007).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>KEMISKINAN DALAM DIMENSI SOSIAL DAN BUDAYA</b><br />
Dimensi sosial dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan agar produktivtas seseorang meningkat. Kekuatan jaringan tersebut disebabkan oleh dua faktor penghambat yaitu dari diri seseorang atau kelompok (misalnya karena tingkat pendidikan atau hambatan budaya), dan hambatan dari luar kemampuan seseorang (misalnya karena birokrasi atau peraturan yang dapat mencegah mereka memanfaatkan kesempatan yang ada).<br />
Kemiskinan juga dapat muncul sebagai akibat nilai budaya yang dianut kaum miskin itu sendiri, yang berakar dari kondisi lingkungan yang serba miskin dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kaum miskin telah memasyarakatkan nilai dan perilaku kemiskinan secara turun temurun, akibatnya perilaku tersebut melanggengkan kemiskinan tersebut. Selain itu, aspek budaya dan etnik juga berpengaruh memelihara kemiskinan. Pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, adat istiadat yang konsumtif juga banyak mewarnai masyarakat pedesaan seperti berbagai pesta rakyat atau upacara perkawinan, kelahiran dan bahkan kematian yang dibiayai di luar kemampuan karena prestise dan keharusan budaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>KEMISKINAN DALAM DIMENSI SOSIAL POLITIK</b><br />
Dimensi sosial politik dari kemiskinan lebih menekankan pada derajat akses terhadap kekuatan yang mencakup tatanan sistem sosial politik yang dapat menentukan alokasi sumberdaya untuk kepentingan sekelompok orang atau tatanan sistem sosial yang menentukan alokasi penggunaan sumber daya. Kemiskinan politik merupakan gejala yang secara tidak langsung berpengaruh pada pengembangan kreativitas manusia dan masyarakat, yang pada gilirannya berpengaruh pada kualitas manusia. Kebijakan pemerintah dalam kerangka sosial politik disengaja atau tidak, sebagian diantaranya justru menyebabkan kemiskinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>KEMISKINAN DALAM DIMENSI PENDIDIKAN, AGAMA DAN BUDI PEKERTI</b><br />
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di barisan terdepan untuk mewujudkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendidikan agama dan budi pekerti sangat penting untuk penanaman nilai-nilai agama dan budi pekerti terutama bagi anak-anak dan pemuda. Strategi pengentasan kemiskinan seharusnya tidak terpaku pada aspek ekonomi dan fisik asaja, tetapi aspek nonfisik (rohaniah) juga perlu mendapatkan porsi yang cukup dalam kebijakan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>PENUTUP</b><br />
Kemiskinan akan menjadi topik dalam berbagai diskusi dan perdebatan di masa datang karena secara global telah ada kesepakatan untuk membangun dunia dan memerangi kemiskinan guna menciptakan perdamaian dunia. Masih diperlukan kebijakan yang komprehensif dan terus-menerus untuk memerangi kemiskinan dalam berbagai dimensi, termasuk dimensi kesehatan dengan kebijakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi orang miskin.<br />
<b><br />DAFTAR PUSTAKA</b><br />
Adianti, Gandari. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di DKI Jakarta. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.<br />
Aprinova, Chandra. 2006. Pemberdayaan Komunitas Miskin. Disertasti. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.<br />
Biro Pusat Statistik (BPS).2006. Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2006. Berita Resmi Statistik No.47/IX/1 September 2006.<br />
Hardinsyah.2007. Inovasi Gizi dan Pengembangan Modal Sosial bagi Peningkatan Kualitas Hidup Manusia dan Pengentasan Kemiskinan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor<br />
Herawati, Tin. 2007. Diktat Mata Kuliah Gender dan Keluarga. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Institut Pertanian Bogor. <br />
Kompas. Ironi Kemiskinan di Negeri Kaya. 9 April 2005<br />
Nasikun.2001. Diktat Mata Kuliah Isu Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Magister Adminisatrasi Publik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />
Salim, E. 1980. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Jakarta : Idayu.<br />
<br /></div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-48683474689528936952008-04-14T11:11:00.001+07:002010-01-07T16:07:02.522+07:00Kegagalan Pendidikan dan Karakter Bangsa<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link style="font-family: georgia;" rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyTextIndent3, li.MsoBodyTextIndent3, div.MsoBodyTextIndent3 {mso-style-link:" Char Char"; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:14.2pt; margin-bottom:.0001pt; text-align:justify; line-height:150%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:Arial; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.CharChar {mso-style-name:" Char Char"; mso-style-locked:yes; mso-style-link:"Body Text Indent 3"; mso-ansi-font-size:12.0pt; mso-bidi-font-size:12.0pt; font-family:Arial; mso-ascii-font-family:Arial; mso-hansi-font-family:Arial; mso-bidi-font-family:Arial; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:EN-US; mso-bidi-language:AR-SA;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoBodyTextIndent3" style="margin: 0in 0in 6pt; font-family: times new roman;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;">Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoBodyTextIndent3" style="margin: 0in 0in 12pt; font-family: times new roman;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;">Bila kita melihat kondisi bangsa sekarang setelah merdeka setelah lebih 60 tahun penyelenggaraan pendidikan dijalankan, maka sudah selayaknya kita mempertanyakan “apa yang salah dengan sistem pendidikan nasional kita?”. Banyaknya kasus keterlibatan remaja dalam tawuran, penggunaan narkoba, dan bentuk- bentuk kenakalan remaja lainnya, adalah jauh dari gambaran remaja terdidik yang berbudi luhur dan bertanggung jawab. Termasuk juga perilaku orang dewasa yang tidak sesuai dengan kaidah moral, yang juga merupakan produk dari bagaimana mereka dididik sebelumnya. Hal ini berarti orang Indonesia yang cerdas otaknya, tetapi tidak cerdas secara emosi yang berdampak negatif terhadap kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-family: times new roman;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;"><span style="" lang="IN">Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bemokratis serta bertanggung jawab.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-family: times new roman;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;"><span style="" lang="IN">Dalam pelaksanaan proses pendidikan di Indonesia masih terdapat banyak kelemahan baik itu dari segi materi, kurikulum, pengajar, serta kebijakan, sehingga harapan dari adanya pendidikan sendiri belum terwujud. Hal ini berakibat pada belum terbentuknya karakter peserta didik di Indonesia, yang secara langsng menjadi penyebab keterpurukan bangsa Indonesia akhir- akhir ini. </span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-family: times new roman;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;">P<span style="" lang="IN">endidikan agama </span>yang diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap siwsa <span style="" lang="IN">masih sebatas mengajarkan pada tingka</span>t<span style="" lang="IN">an pengetahuan siswa. Proses penilaian secara kuantitatif juga berimplikasi pada pembentukan sikap, kesadaran dan perilaku nyata dalam kehidupan sehari- hari.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 6pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-family: times new roman;font-family:georgia;"><span style="font-size:100%;"><span style="" lang="IN">Pihak </span>yang <span style="" lang="IN">bertanggung jawab terhadap pendidikan adalah orang tua, sekolah</span><span lang="IN"> </span><span style="" lang="IN">dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut harus bergotong royong serta bersinergi mempersiapkan anak menjadi manusia mandiri dala</span>m<span style="" lang="IN"> konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegaram serta kehidupan sebagai makhluk yang berketuhanan (beragam</span>a<span style="" lang="IN">).</span></span></p> Anonymousnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-26701916556839537392007-07-05T21:15:00.001+07:002013-03-28T13:20:58.935+07:00Penantianku....<div style="text-align: justify;">
Pasca dua Proposal <span style="font-weight: bold;">PKM</span> tertolak, disusul dengan <span style="font-weight: bold;">LKTM IPS</span> yang hanya sampai tingkat IPB, dan kesempatan ke Palembang untuk <span style="font-weight: bold;">MTQ Mahasiswa</span> tak dapat kuraih, akhirnya Allah memberikan balasan yang terbaik, sebuah hal yang aku impikan sejak masuk IPB, setelah tahun lalu aku ikut<span style="font-weight: bold;"> PIMNAS</span> sebagai pendukung, tahun ini aku bisa berangkat ke <span style="font-weight: bold;">PIMNAS</span> sebagai peserta lewat <span style="font-weight: bold;">PKMI.</span><br />
Di tengah-tengah perpindahan kos yang cukup membuat sibuk hingga meninggalkan acara diskusi interaktif dengan PRATISTA Indonesia dan PLAN Jakarta, kabar gembira datang dari pembimbing sekaligus ibu dosen yang baik, ibu <span style="font-weight: bold;">Megawati Simanjuntak</span>, beliau menyatakan bahwa PKMI aku dan tim lolos ke Lampung, rasa tak percaya sempet kualami hingga aku mencoba mengeceknya ke Kemahasiswaan, namun ternyata hasilnya tidak berbeda, justru ucapan selamat yang aku dapatkan dari Pak Parta, orang yang dengan sabar membantu dalam kegiatan kemahasiswaan.<br />
Syukur alhamdulillah itulah kata yang pantas terucap saat itu, penantian panjang dan usaha selama ini membuahkan hasil. sebuah nikmat yang harus disyukuri dengan memanfaatkan kesempatan yang ada sebaik mungkin, betapa tidak nama besar IPB ada di tangan aku dan tim. Oleh karena itu doa dan dukungan dari teman-teman aku harapkan sekali. Semoga aku dan tim dapat memberi yang terbaik untuk almamaterku..IPB tercinta..<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Anonymousnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-26045309932204535852007-03-28T15:40:00.000+07:002013-03-28T15:42:09.118+07:00Pembangunan dan Lingkungan Di Indonesia<div style="text-align: justify;">
<i>Oleh : Hidayat Syarifuddin, Nuriza Kiftiah, Asroheni Muharrifah, dan Mardiana Rusman</i><b><br /> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENDAHULUAN</b><br />Indonesia adalah negara berkembang, sehingga yang masalah pokok adalah mendobrak tingkat keterbelakangan ekonomi dan mengatasi masalah kemiskinan. Hal ini tentunya memerlukan pembangunan. Pembangunan selalu membawa perubahan. Sudah barang tentu perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang baik menurut ukuran manusia. Setiap pembangunan berhubungan erat dengan pengelolaan sumber daya alam sehingga memberikan dampak atau pengaruh terhadap lingkungan hidup. Pembangunan selama ini juga identik dengan penciptaan lingkungan atau bangunan baru yang apabila dibiarkan tanpa adanya kebijakan, maka akan menyebabkan efek negatif pada lingkungan.<br />Indonesia terletak di khatulistiwa dan merupakan daerah dengan hutan hujan tropis yang luas dan lebat.Indonesia memiliki kekayaan Sumber Daya Alam dan keanekaragaman plasma nutfah yang sangat berharga, tidak saja bagi Indonesia tetapi juga pada dunia pada umumnya.<br />Namun, timbul satu pertanyaan, bisakah Indonesia membangun tetapi sekaligus melestarikan plasma nutfah yang begitu banyak dan berharga bagi kehidupan umat manusia di dunia? Sementara berbagai pertanyaan dan masalah berkecamuk, Indonesia terus membangun dan pembangunan ini berjalan tanpa henti. Pembangunan ini pun telah memberikan banyak dampak baik positif dan negatif dalam bidang ekonomi, lingkungan, dan keluarga.<br />Seiring dengan berjalannya waktu, Indonesia terus membangun. Hasil dari pembangunan yang selama ini terlaksana dapat kita rasakan baik manfaat maupun kerugiannya. Pemenuhan akan kebutuhan tercapai, namun masalah serta dampak- dampak negatif dari pembangunan pun kita rasakan. Masalah kesejahteraan penduduk dan kesempatan kerja masih jauh dari yang diharapkan. Kemiskinan masih melanda sebagian penduduk Indonesia. Kerusakan lingkungan (sumber daya alam) banyak terjadi akibat kurang sadarnya pelaksana program pembangunan. Pembangunan yang ada juga menimbulkan dampak- dampak sosial- sosial lain yang mempengaruhi kehidupan keluarga.<br /><br /><b>Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan</b><br />Masalah lingkungan yang kini kita hadapi adalah masalah yang dipandang dari sudut kepentingan manusia, khususnya masalah ekologi manusia. Masalah itu timbul karena adanya perubahan lingkungan sehingga lingkungan itu tidak sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia dan mengganggu kesejahteraannya. Dalam permasalahan lingkungan, yang dipersoalkan adalah adanya perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri. Dengan makin besarnya jumlah manusia yang disertai dengan kebutuhan yang semakin meningkat per orangnya dan makin meningkatnya kemampuan manusia melakukan intervensi terhadap alam, baik alam abiotik maupun biotik, perubahan yang terjadi pada lingkungan semakin besar pula. Perubahan yang semakin pesat ini, telah mengganggu proses alam sehingga fungsi ekologi alam terganggu pula. Dampak gangguan fungsi tersebut terhadap kesejahteraan manusia makin terasa pula, baik secara nyata maupun potensial. Inilah yang dirisaukan sejak lama dan masalah ini tidak terlihat berkurang, malah semakin bertambah.<br />Sejak tahun 1950-an, masalah lingkungan mendapatkan perhatian dari berbagai pihak termasuk ilmuwan, masyarakat umum, dan politisi. Pemicu perhatian tersebut tidak lain terutama karena telah terjadinya pencemaran limbah industri dan pertambangan pestisida. Contohnya, di Jepang pada tahun 1940-an dan 1950-an telah terjadi pencemaran oleh air raksa (Hg) dari limbah industri dan oleh limbah Kadmium (Cd) dari limbah pertambangan seng (Zn). Pencemaran ini telah mengakibatkan keracunan pada masyarakat setempat yang akhirnya disebut penyakit Minamata dan penyakit itai-itai. Nama penyakit tersebut diambil dari terjadinya keracunan tersebut, yaitu Teluk Minamata. Secara harfiah, penyakit itai-itai berarti aduh-aduh, karena para korban mengaduh kesakitan. Kedua penyakit tersebut merenggut banyak korban jiwa.<br />Adanya aktivitas dari pabrik yang selama ini memberi efek samping asap dan berbagai polusi udara lainnya memberi ketidaknyamanan bagi manusia, khususnya untuk menghirup udara segar. Ditambah lagi dengan adanya hasil pembakaran yang tidak sempurna dari minyak kendaraan bermotor. Perpaduan berbagai macam zat-zat tersebut akhirnya akan menyebabkan melebarnya sobekan lapisan ozon. Ditinjau dari kondisi sedunia kita dapatkan hal yang sangat ironis. Kadar ozon di stratosfer menurun, sedangkan di troposfer naik. Jadi, ozon yang ‘baik’ berkurang dan ozonyang ‘jahat’ bertambah. <br /><br /><b>Dampak Pembangunan terhadap Lingkungan Sosial dan Kualitas Keluarga</b><br />Masyarakat kota menghadapi tantangan kehidupan yang sangat besar, jauh lebih sulit, dan keras dibandingkan masyarakat desa. Pembangunan , secara tidak langsung, mempengaruhi hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Di kota hubungan tersebut terlihat lemah atau berkurang. Sistem nilai yang dulunya lazim dikenal di desa, sekarang menjadi goyah bagi mereka yang kemudian menetap di kota. Keadaan tersebut menyebabkan timbulnya sifat individualistis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebutuhan akan air minum yang bersih, listrik, kesehatan, sanitasi, dan lain-lain dapat dipenuhi jika mendapat bantuan dari pihak pemerintah kota. Inilah sebabnya mengapa masalah pelayanan umum dirasakan lebih mendesak di kota dari pada di desa. Jika kebutuhan mendesak, maka timbul sikap untuk memenuhinya tanpa memperhitungkan biaya. Yang kuat dan yang mampu mendesakkan diri agar kebutuhannya dipenuhi.<br /> Dalam masyarakat perkotaan, penduduk yang berpendapatan rendah biasanya lebih banyak dari mereka yang berpendapatan tinggi. Ini berarti bahwa mereka yang berpendapatan tinggi memiliki kemampuan membayar kebutuhan akan pelayanan umum yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berpendapatan rendah. Karena itulah pengenaan pungutan secara diferensial antara yang mampu dan tidak mampu, biasa lazim diterapkan, sehingga tarif listrik dan air minum mengenal perbedaan pembayaran.<br /> Adanya pembangunan yang tidak bertanggung jawab, dalam arti menimbulkan dampak yang negatif pada lingkungan seperti yang sangat marak terjadi di Indonesia (khususnya),berdampak pula terhadap kualitas hidup keluarga. Kita dapat mengambil contoh kasus tentang banjir Lumpur yang sekarang masih terjadi di Kota Sidoarjo oleh suatu perusahaan. .<br />Masyarakat yang bermukim di dekat pabrik tersebut terpaksa kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka kini tertutupi oleh Lumpur yang panas dan beracun tersebut. Bahkan ada beberapa warga dan pekerja yang meninggal selama perisiwa banjir ini terjadi. Mereka yang kehilangan tempat tinggal, sekarang tinggal di bangunan yang terbuat dari triplek dan berukuran sangat kecil. Bila hal ini dibiarkan begitu saja, maka kualitas keluarga tersebut dapat memburuk yang diawali dari segi kesehatan dan akhirnya berdampak pada segi pendidikan dan ekonomi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bertambahnya industri yang beroperasi di wilayah ibu kota mengakibatkan peningkatan urbanisasi. Hal ini dapat berdampak positif juga negatif. Dampak positifnya yaitu membuka lapangan kerja sehingga mengurangi penganguran. Namun, tenaga kerja yang diserap tentunya sangat sedikit karena industri sekarang bersifat padat modal, tenaga yang diserap pun kebanyakan yang telah memiliki pengalaman. Dampak negatif yang ditimbulkan, selain dampaknya terhadap lingkungan, yaitu pendatang yang tidak memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang kurang baik dan menetap di kota, nantinya akan menambah tingkat pengguran di kota tersebut. Secara tidak langsung, hal ini akan mempertinggi tingkat kriminalitas di kota tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, untuk dapat terus melakukan pembangunan baik di bidang pertanian, ekonomi, dan lain-lainnya tidak terlepas dari usaha pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Pangkal permasalahan selama ini adalah kurangnya manusia Indonesia yang memiliki wawasan yang luas, kesadaran yang tinggi akan pentingnya kelestarian lingkungan, dan memiliki kemauan serta usaha yang kuat – dengan menggunakan cara yang halal - untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang cukup besar terhadap usaha peningkatan SDM yang berkualitas seiring dengan berjalannya pembangunan.<br /><br /></div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-19647025.post-23399571008477841942006-11-29T15:46:00.000+07:002013-03-29T08:18:30.388+07:00Penggusuran sebagai Dampak Kesalahan Manajerial Penataan Kota<div style="text-align: justify;">
Di tengah meriahnya hari ulang tahun Jakarta, ternyata Jakarta selalu bermasalah dalam tata ruang untuk menampung penduduk Ibu Kota. Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia. Data 2003 menunjukkan, penduduk Jakarta berjumlah 9 juta lebih dengan menempati lahan 650,40 km persegi (0,03% dari luas Indonesia). Artinya, kepadatan penduduk sekitar 13.838/km persegi. Kini, setelah tiga tahun berlalu, bisa dibayangkan kepadatan Jakarta. <br />
Para pemerhati perkotaan di Indonesia dalam buku Politik Kota dan Hak Warga Kota; Masalah Keseharian Kota Kita memetakan permasalahan Jakarta dalam 10 permasalahan besar. Yakni antara lain, ruang terbuka hijau, angkutan umum, jalur lalu lintas, kriminalitas, banjir, dan lain sebagainya. <br />
Permasalahan Jakarta tidak bisa dilepaskan dari faktor geografis serta sejarah. Jakarta sebagai wilayah berlatar kota pelabuhan, yang dekat dengan garis pantai, memiliki ciri yang khas sebagai kota pantai. Pergantian kekuasaan meninggalkan bentuk-bentuk struktur masyarakat maupun fisik kota yang berbeda. <br />
Jakarta sebagai kota belum pernah direncanakan secara komprehensif. Seluruh tata kota berdasarkan tambal sulam, cenderung berorientasi proyek serta penuh campur tangan kepentingan modal yang berkoalisi dengan birokrasi. Contohnya dengan banyaknya permukiman semrawut dan sistem sanitasi yang ala kadar. Imbasnya, Jakarta selalu kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan sehingga wajar jika ada anggapan Jakarta memang tidak dirancang untuk Ibu Kota. <br />
Berkaitan dengan sektor ekonomi, pedagang kecil dan kaki lima yang menjadi roda penggerak ekonomi warga, justru terpinggirkan oleh proyek pembangunan pusat perdagangan skala besar. Situasi itu memaksa pedagang kecil berjualan di bahu jalan dan kucing-kucingan dengan aparat tramtib karena ruang khusus untuk menampung mereka tidak disediakan secara memadai. Penggusuran demi pengusuran terus terjadi. Ketertiban dan keindahan Jakarta akan menjadi omong kosong di balik berbagai “proyek” penggusuran.<br />
Jika kita mau menghitung secara rinci, berapa besar kerugian masyarakat akibat penggusuran tersebut. Berapa besar nilai uang jerih payah mereka “lenyap” seiring dengan robohnya tempat pemukiman mereka. Padahal, tidak jarang warga nekat menjual rumah dan tanha mereka di kampung dengan harapn hidup di Jakarta .<br />
Penggusuran yang terjadi tentu akan menimbulkan masalah- masalah lain. Antara lain meningkatnya kemiskinan, meningkatnya jumlah anak jalanan dan geladangan, serta masalah- masalah sosial lain yang dapat menimpa kehidupan sebuah keluarga.</div>
Hidayat Syarifuddinhttp://www.blogger.com/profile/05270189092899359758noreply@blogger.com1